Transkrip Rekaman Lengkap Kongkalikong Lobi Freeport

Arief Kamaluddin | Katadata
Penulis: Yura Syahrul
3/12/2015, 13.17 WIB

IV. Mereka kemudian membahas komitmen Freeport dalam membangun Provinsi Papua.

Maroef: Itu Pak, smelter Papua sudah ada statement bersama. Pemda Papua akan mencari investor. Statement bersama dihadiri oleh Komisi 7, Ketua DPR, Ketua MPR, ada Menteri ESDM. Statement bersama.

Setya: Yang waktu itu ya..

Maroef: Iya, dan gubernur mendukung pembangunan smelter. Freeport di Gresik. Kalau dia punya smelter jadi, Freeport akan menyuplai konsentratnya dengan perhitungan B to B ke smelter yang sudah ada akan dibangun. Begitu Pak.

Setya: Perjalanan tambah sudah mulus dong.

Maroef: Sudah ada komitmen, Gubernur Lucas itu sudah mengeluarkan statement itu. Cuma kan ada kemungkinan, ini gubernur punya pemikiran bahwa semua smelter semua spesifikasinya sama. Di setiap komoditas mineral itu, mainnya itu beda. Tidak bisa tembaga atau emas itu makan nikel atau bauksit. Di pergi ke China nyari. Teknologinya nikel dan bauksit. Kalau teknologi tembaga emas itu adanya di Jepang. Dia salah langkah Pak. Gitu lho Pak. Makanya dia agak mandek mau membangun smelter. Kan teknologinya beda Pak. Njlimet itu Pak teknologi setelah saya pelajari. Yang top itu teknologinya Mitshubishi.

Reza dan Setya: Ooooooo

Maroef: Untuk smelter, memang gila itu, Jepang memang top. Tidak pakai kimia, tidak pakai kimia, semua fisik. Makanya Freeport itu tidak ada proses kimia dalam pemurnian. Salah langkah dia untuk Papua. Harusnya dia lakukan ini dulu, sudah betul. Bangun dulu Papua secara keekonomian. Bangun dulu infrastruktur Papua secara keekonomian. Jangan bangun smelter dulu di depan. Bagaimana mau bangun smelter kalau enggak ada listrik, enggak ada pelabuhan, enggak ada jalan, enggak ada air bersih, enggak ada  gas. Mahal Pak. Bangun dulu nilai keekonomian. Makanya itu Keppres-nya sudah betul. Makanya Bappenas, sudah cocok itu. Bangun dulu infrastruktur, bangun pabrik semen, pabrik pupuk.

Setya: Sudah Pak. Kemarin itu saya diarahkan sama Bu Rini, Menteri ESDM. Jadi nanti itu ditunjuk di Bintuni. Bintuni itu arealnya 6.000 hektare. Itu dibuat di sana itu pabrik pupuk, Antam (Aneka Tambang) juga di situ, pelabuhan bukan hanya Sorong Pak tapi di situ. Sehingga ini sebenarnya untuk menunjang perekonomian itu. Ini lagi mulai pembuatan-pembuatan itu yang pihak Dirut Antam, Pak Budi, ketemu saya waktu itu. Memang betul sedang membuat. Gasnya selain gasnya itu dari apa itu yang di sana…

Maroef: Tangguh

Setya: Tangguh, tetapi juga dari Malaysia, dari Ginting. Mereka dapat itu. 

Reza: Genting, Genting...

Setya: Genting.

Reza: Benar itu Pak. Ada 5 TCf cadangan di Papua. Itu yang akan disuplai ke tempatnya Bapak.

Maroef: Bintuni kalau mau membawa nanti konsentratnya dari Timika, coba dilihat kondisi geografisnya Pak, bagimana berapa cost delivery-nya. Faktor cuaca melalui laut. Kalau lewat darat, wah pembangunannya gila berat, very costly. Bapak harus lihat line cost-nya, garis pantainya untuk membawa konsentrat dari Timika ke situ.

Setya: Yayaya...

Maroef: Kenapa tidak dari Timika dibawa ke Gresik. Karena line cost-nya gampang. Kalau mau dibawa ke Papua harus lihat dari garis pantai.

Reza: Ooo geografi dengan cost-nya ya.

Maroef: Harus lihat itu Pak, modal.

Reza: Kalau begitu, tidak ada jaminan pupuk bangun, tidak ada jaminan semen bangun. Sehingga revisinya. Makanya gandeng kita. Mau bangun enggak, gitu. Tapi kalau di-pressing nggak ada semua. Orang yang ngasih duit ke Freeport, sudah pasti oke, sudah pasti dibeli nih.

Maroef: Off taker-nya banyak.

Reza: Banyak off taker-nya.   

Setya: Iya purchasing guarantee.

Maroef: Harus integreted Pak. Susah ini pak.

Reza: Kalau orang mau menggaransi, off taker baik pasti bangun pabrik pupuk. Bangun di sana.

Maroef: Itu nanti menjual hasil konsentrat itu secara internasional juga harus dipikirkan market-nya

Setya: Kalau semen itu Pak, pada akhirnya bisa dibangun di situ gak, di Timika? Kalau seandainya Presiden sudah setuju, sudah, Pak Ketua kita di sini. Tapi harus janji di Timika, sesuai permintaan itu bangun pabrik semen di sana.

Maroef: Pak, masalah lahan di Papua itu juga masalah besar. Masalah hak ulayat itu susah. Pak Riza mau bangun di sana, berhubungan sama yang punya, Pak Riza sudah bayar. Nanti pamannya datang kamu bayar ke dia, saya mana. Datang lagi keponakannya. Itu yang bikin perang suku Pak.

Reza: Itu mirip di Padang. Sama kalau di Padang.

Maroef: Kepastian hukumnya tidak ada. Ada kebon sawit besar bagus cantik udah jadi Pak. Tiba-tiba ditutup sama gubernur, katanya merusak alam. Kasihan Pak buat investor. Itu orang nggak jadi males menginvestasi.

Reza: Provinsinya Dajjal.

Maroef: Betul Pak, zamannya Dajjal.

Reza: Sama Pak. Gila itu. Itu waktu Riza mengondisikan ngurusi gula, sudahlah begini begini, dia sudah kuasai lahan Pak, pada waktu itu. Beda kongsi. Gua ketawa aja. Makan dulu, kalau sudah jalan 5 tahun baru saya ambil.

Maroef: Diganggu?

Reza: Ya enggaklah. Dia juga memulai itu jalan pelan-pelan sekarang. Miliknya Antam. Akhirnya dia bikin pabrik gula di NTT. Hmm begitu

Maroef: Hati-hati Pak. Betul Pak.

Setya: Ngeri, makanya bolak-balik situ.

Reza: Tentara.

Maroef: Saya sudah dari 1983 sudah ke Papua.

Setya: Oh oke

Maroef: Saya sudah tahu Papua, bagaimana antropologinya. Hati-hati Pak, gak semudah itu. 

Setya: Yayayaa. Percaya Pak.

Maroef: Gak semudah itu Pak, Papua. Mengedukasi mereka untuk merasa bahwa mereka akan dibangun untuk kesejahteraan mereka, tidak mudah Pak. Cost-nya tinggi Pak, betul. Kita bangun sekolah, minta dibangun rumah sakit. Tapi kalau ajak pers, hormat bapak. Masak kita sinterklas terus.

Reza: Itu ya Freeport pernah bangun pagar yang bagus, yang indah itu buat di gedung. Itu yang bikin perusahaan gua. Punya pabrik di Bandung. Itu besinya di bawa pakai pesawat ke sana. Pegawai saya dibawa pakai pesawat. Gak tahu masih ada apa enggak sekarang. Loe bayangin, tukang-tukang gua naik pesawat.

Maroef: Anu itu memang soal sikap mental Pak.

Reza: Sadis itu, memang tidak gampang.

Maroef: Kalau mau pembebasan lahan itu tidak mudah lho pak. Kalau tidak salah itu tiga kabupaten untuk  PLTA itu.

Reza: Kalau itu mudah-mudahan bisa cepat. Karena…

Maroef: Yang anti sama gubernur juga banyak lho pak. Yang dulu sakit hati sama gubernurnya sekarang sudah mulai kuat lho Pak.

Reza: Oya...?

Maroef: Iya. Wagub itu belum tentu bisa jalan sama gubernurnya.

Setya: Papua sama Papua Barat?

Maroef: Papua. Coba tolong dimatangkan mengenai saham.

Halaman:
Reporter: Muchamad Nafi, Yura Syahrul