KATADATA - PT Pertamina (Persero) menyatakan akan segera menandatangani kesepakatan awal untuk membentuk perusahaan patungan dengan Saudi Aramco. Perusahaan patungan (joint venture) ini akan membangun dan mengelola proyek revitalisasi kilang Cilacap.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan pembahasan kerjasama dengan Saudi Aramco berjalan mulus. Saat ini sudah memasuki tahap penandatangan pokok-pokok kerjasama (head of agreement/HoA). "Penandatanganan HoA akan dilakukan pada 26 November 2015," ujarnya di Jakarta, Selasa (24/11). (Baca: Pertamina - Saudi Aramco Finalisasi Perjanjian Peningkatan Kilang Cilacap)
Dalam perusahaan patungan yang akan dibentuk Pertamina akan memegang kepemilikan mayoritas, sekitar 55 persen. Sisanya dipegang Saudi Aramco. Meski jatah sahamnya sedikit, Sudi Aramco telah berkomitmen untuk memasok 70 persen kebutuhan minyak mentah yang akan diolah di Kilang Cilacap.
Pasokan ini sangat dibutuhkan, mengingat setelah revitalisasi kapasitas Kilang Cilacap akan meningkat dari 348.000 barel per hari (bph) menjadi 460.000 bph. Sementara produksi minyak mentah dalam negeri cenderung menurun.
Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan dengan revitalisasi, produksi kilang tersebut akan lebih efisien. Kilang Cilacap akan bisa mengolah minyak berkualitas rendah dan murah, seperti jenis minyak sour yang kandungan sulfurnya tinggi.
“Jenis minyak Indonesia harganya termahal kedua di dunia. Nanti akan dicampur dengan minyak sour,” ujarnya. Meski menggunakan sebagian minyak berkualitas rendah, produksi kilang ini akan difokuskan untuk menghasilkan bensin dengan angka oktan (RON) 92 ke atas. (Baca: Tak Perlu Impor, Tahun Depan Solar Bisa Surplus 400 Ribu Barel)
Hasil produksi dari Kilang Cilacap akan diambil oleh Pertamina untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saudi Aramco sepakat perusahaan patungan yang akan dibentuk tidak masuk ke bisnis hilir dan akan fokus di hulu, yakni pengolahan.
Sekadar informasi, nilai investasi untuk proyek revitalisasi Kilang Cilacap mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 82,5 triliun. Jika ingin mendapat kepemilikan mayoritas, setidaknya Pertamina harus memiliki modal US$ 3,3 miliar. Pertamina tidak harus mengeluarkan dana untuk investasi ini, modalnya bisa dikonversi dari nilai aset Kilang Cilacap yang sudah ada.
Saat ini Pertamina masih menghitung berapa nilai aset Kilang Cilacap saat ini. Jika nilainya kurang dari US$ 3,3 miliar, maka Pertamina harus menambah modal untuk mencukupi kepemilikan hingga 55 persen. (Baca: Saudi Aramco Mulai Revitalisasi Kilang Cilacap Akhir 2016)