Dugaan Mafia Migas, Empat Manajer Petral Dinonaktifkan

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Muchamad Nafi
23/11/2015, 19.54 WIB

KATADATA - Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soecipto menyatakan empat manager Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) diduga terlibat dengan pihak luar dalam pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak. “Sudah kita nonaktifkan dan sekarang sudah kita tarik dari Pertamina,” kata Dwi di Gedung DPR RI Jakarta, Senin 23 November 2015.

Menurut Dwi, keempat orang tersebut diindikasikan membocorkan pengadaan minyak di Petral dengan pihak luar. Akibat informasi tersebut, anak usaha Pertamina ini memperoleh minyak dengan harga tinggi. Sayang, dia enggan menyebutkan nama para manajer itu.

Saat ini, baru internal Petral yang telah terindentifikasi. Namun demikian, Integrated Supply Chain (ISC) yang dikelola Pertamina juga sudah masuk radar penyelidikan lembaga audit KordaMentha. Namun, Dwi menyatakan belum tahu apakah ada indikasi yang sama dalam tubuh ISC. “Siapa yang bertanggung jawab untuk menjaga atau melaksanakan tanggung jawab untuk perhitungan under estimate terhadap harga,” ungkapnya.

Mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia itu merasa audit forensik yang dilakukan oleh KordaMentha untuk periode 2012 – 2015 sudah cukup. Waktu pemeriksaan pun tidak perlu ditarik jauh ke belakang sejak Petral berdiri pada 1999. Yang terpenting, kata dia, menjaga agar kasus yan sama tidak terulang di masa yang akan datang. “Personil-personil yang kemarin disebut bisa kerja sama, kami akan investigasi lebih lanjutan agar jadi lebih jelas,” kata Dwi.

Sementara itu, mantan Vice President Petral Daniel Purba enggan mengomentari keterlibatan empat manajer yang diberhentikan sementara itu. Alasannya, “Saya tidak mau berpendapat,” ujar Daniel. (Baca: Audit Petral Tak Temukan Bukti Korupsi dan Keterlibatan Mafia Migas).

Audit yang dilakukan oleh KordaMentha memperlihatkan anomali dari aspek kebijakan Pertamina Energy Service, anak usaha Petral. Ada juga kebocoran informasi rahasia dan pengaruh pihak eksternal. Bahkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said pernah menyebut ada transaksi mencurigakan senilai US$ 18 miliar (sekitar Rp 240 triliun) dalam tiga tahun sejak 2012.

Meski demikian, Dwi Soetjipto membantah adanya transaksi mencurigakan tersebut. “Tidak ada dalam laporan audit,” kata dia kepada Katadata. Hanya, Dwi membenarkan audit forensik menemukan pengaruh pihak eksternal dalam proses bisnis Petral. Di titik ini, auditor tidak mampu menyebutkan secara spesifik apakah keterlibatan pihak eksternal bisa dikatakan mafia atau tidak. 

Direktur Utama Pertamina, Dwi Sucipto
(Arief Kamaludin|KATADATA)

Menurutnya, hasil audit pun tidak menyebutkan keterlibatan direksi lama. Tidak ada komunikasi secara langsung antara direksi dengan pihak ketiga tersebut. Untuk mengembangkan kasus ini lebih jauh, Dwi Soetjipto telah menyerahkan hasil audit ke Komisi Pemberantasan Korupsi. (Baca pula: Hasil Audit Petral Tidak Ada Korupsi, Ini Reaksi Sudirman Said).

Sebelumnya, dalam materi presentasi Dwi Soetjipto soal hasil audit Petral pada dua pekan lalu, yang salinannya dimiliki Katadata, menunjukkan KordaMentha tidak menemukan bukti atau informasi korupsi maupun suap yang diterima oleh para karyawan Petral. Kesimpulan itu berdasarkan hasil peninjauan dokumentasi, data elektronik, wawancara, dan lain-lain. Dalam memeriksa, para auditor terkendala kewenangan untuk membuka data-data rekening dan aset para karyawan Petral.

Hasil audit Petral dari Januari 2012 hingga Mei 2015 hanya menemukan penyimpangan dalam proses operasional perusahaan. Masalah itu berhulu dari perubahan kebijakan pimpinan Pertamina pada 2012, yaitu pembelian minyak mentah dan produk minyak secara langsung dari perusahaan migas nasional (NOC) dan pemilik kilang. Kebijakan itu menimbulkan potensi inefisiensi dari sisi nilai dan volume. “Potensi inefisiensi terjadi karena penambahan rantai suplai sehingga harga menjadi lebih mahal,” kata Dwi dalam materi presentasi tersebut.

Reporter: Anggita Rezki Amelia