KATADATA - PT Chevron Pacifik Indonesia belum juga mengajukan revisi rencana pengembangan (Plan of development/PoD) proyek laut dalam (Indonesia Deep Water/IDD) di Selat Makasar. Perusahaan ini telah menyatakan komitmennya untuk melanjutkan proyek tersebut.

Saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu, Executive VP Chevron James Johnson menyatakan bahwa perusahaannya tetap akan melanjutkan investasinya di Indonesia. Menindaklanjuti pertemuan tersebut, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih menunggu kejelasan investasinya pada proyek IDD.

"SKK Migas menunggu proposal dari mereka (Chevron) untuk mengajukan revisi PoD-nya," kata Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro kepada Katadata, Jumat (30/10).

(Baca: Chevron Komitmen Lanjutkan Investasi di Indonesia)

Rencana pengembangan lapangan (PoD) Chevron sebenarnya sudah disetujui pemerintah pada 2008. Namun, setelah Front-End Engineering Design (FEED) pad 2013, biaya yang dibutuhkan untuk proyek ini meningkat hampir dua kali lipat, dari sekitar US$ 7 miliar menjadi US$ 12 miliar. 

Selain itu ada penambahan lapangan di dalam tiga blok yaitu Blok Makassar Strait, Rapak, dan Ganal di Selat Makassar. Chevron pun mengajukan perpanjangan kontrak kerja sama di tiga blok migas yang masuk dalam proyek IDD tersebut.

Dengan adanya perubahan-perubahan ini, Chevron kemudian berkonsultasi dengan pemerintah, apakah harus mengajukan revisi PoD atau tidak. Dalam surat persetujuan PoD dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) disebutkan setiap perubahan biaya harus mendapat persetujuan revisi. 

(Baca: Fokus ke Proyek IDD, Chevron akan Lepas Blok B di Laut Natuna)

Di sisi lain kenaikan biaya sebenarnya tidak mengubah bagian pemerintah karena diasumsikan harga gas naik. Karena tidak ada jawaban dari Menteri ESDM yang menjabat saat itu yakni Jero Wacik, maka Chevron memutuskan untuk menunda proyek tersebut. 

Dalam pertemuan dengan pihak Chevron, Menteri ESDM yang juga ikut mendampingi Presiden Joko Widodo juga menganggap proyek IDD (Indonesia Deep Water Development) adalah proyek terpenting. Namun dengan harga minyak yang masih rendah dikisaran US$ 40 an per barel, pihak Chevron harus menyesuaikan perhitungan bisnis. 

Senada dengan Sudirman, Elan juga menganggap ekonomis atau tidaknya proyek tersebut dengan harga minyak saat ini biar dihitung oleh Chevron. "Mereka yang menentukan," ujar dia.

(Baca: Pemerintah Targetkan Chevron Produksi Minyak 300.000 Bph)

Reporter: Arnold Sirait