KATADATA ? PT Pertamina (Persero) terus berusaha meningkatkan ketahanan energi nasional dengan target menambah cadangan bahan bakar minyak (BBM) dari 22 hari saat ini menjadi 30 hari. Salah satu cara yang dilakukan adalah menyewa tangki penyimpanan atau tangki timbun BBM milik pihak swasta.
Pertamina meneken perjanjian kerjasama strategis dengan PT Adaro Energy Tbk untuk layanan pasokan dan optimalisasi infrastruktur BBM di Jakarta, Jumat (11/9). Pertamina akan menyewa terminal BBM milik PT Indonesia Bulk Terminal (IBT), anak usaha Adaro Energy di Mekar Putih, Kota Baru (Kalimantan Selatan). Terminal BBM itu terdiri atas tangki timbun (storage tank) berkapasitas total 60 ribu metrik ton dan 2 fasilitas jetty dengan total kapasitas 1,4 juta kiloliter per tahun.
Pertamina akan menyewa terminal BBM Indonesia Bulk Terminal selama tujuh tahun, terhitung sejak awal November nanti hingga Oktober 2022. Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menyatakan, pemanfaatan terminal BBM milik IBT melalui skema sewa ini akan membantu pemerintah untuk meningkatkan ketahanan stok BBM nasional. ?Selain itu merupakan supply point strategis Pertamina untuk memasarkan produk BBM,? katanya.
Sedangkan Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menilai, kerjasama tersebut merupakan bentuk sinergi antara Pertamina dengan pihak swasta untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. ?Infrastruktur logistik yang kami miliki siap untuk memberikan dukungan bagi ketahanan energi nasional, selain juga akan menjamin ketersediaan BBM untuk mendukung kegiatan operasional Adaro Energy Group," katanya.
Dalam perjanjian kerjasama tersebut, Pertamina juga akan memasok BBM Biosolar untuk kebutuhan BBM anak usaha Adaro Energy, yaitu PT Adaro Indonesia. Volume jual-beli BBM yang disepakati adalah sekitar 400 ribu-550 ribu kiloliter per tahun dengan jangka waktu hingga tahun 2022.
Garibaldi menyatakan, kebutuhan solar untuk produksi batubara Adaro mencapai 600 ribu-700 ribu kiloliter per tahun. "Untuk sementara belum ada peningkatan pasokan minyak karena produksi batubara masih kurang kondusif. Karena itu, kami menurunkan produksi sehingga pemakaian BBM pun tidak bertambah," katanya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan, saat ini cadangan nasional yang bertumpu pada cadangan operasional BBM yang dikelola Pertamina sekitar 22 hari. Seiring dengan upaya peningkatan ketahanan energi nasional, cadangan nasional harus dapat ditingkatkan minimal 30 hari. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, melakukan investasi baru, baik oleh Pertamina maupun swasta. Kedua, optimalisasi infrastruktur penyimpanan milik BUMN maupun pihak swasta.
Selain memanfaatkan tangki timbun pihak swasta dengan sistem sewa, Pertamina berencana membangun sendiri tangki timbun. Nilai investasi yang dibutuhkan mencapai US$ 2,4 miliar. Namun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli tidak setuju dengan rencana tersebut karena tidak efisien dan membenani keuangan Pertamina. Ketimbang Pertamina, lebih baik pihak penjual atau pemasok minyak yang membuat tangki timbun.
(Baca: Rizal Ramli: Rencana Pertamina Bangun Tangki BBM Tidak Prioritas)
Hingga saat ini Indonesia belum memiliki cadangan penyangga energi nasional. (Ekonografik: Momentum Indonesia Borong Minyak)
Karena itu, pemerintah berencana membangun fasilitas cadangan penyangga BBM nasional. Cadangan penyangga ini bisa untuk memenuhi kebutuhan BBM selama 30 hari, dengan investasi sekitar US$ 17,25 miliar atau Rp 224 triliun.
(Baca: Pemerintah Akan Bangun Fasilitas Penyangga BBM Rp 224 Triliun)
Cadangan penyangga ini diperlukan sebagai antisipasi kondisi darurat di dalam negeri. Misalnya, jika terjadi bencana tsunami yang menyebabkan listrik mati, sehingga dibutuhkan generator yang menggunakan BBM.