Mafia Dituding Embuskan Rencana Kenaikan Harga BBM

KATADATA
Penulis:
Editor: Arsip
18/5/2015, 09.14 WIB

KATADATA ? Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri, mengatakan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilontarkan PT Pertamina (Persero) pada Kamis pekan lalu sangat tidak logis. "Isu BBM naik itu cuma bikin rusuh," ujar Faisal seperti dikutip Koran Tempo, Senin (18/5). 

Rencana yang sempat beredar masif lewat media sosial dan pesan berantai menyebutkan harga BBM jenis solar bersubsidi akan dinaikkan dari Rp 6.900 menjadi Rp 9.200 per liter pada 15 Mei 2015. Selain itu, harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax naik dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.600 dan harga Pertamax Plus naik dari Rp 10.050 menjadi Rp 10.550 per liter.

Dalam surat pemberitahuan Pertamina ke pompa bensin di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten pekan lalu itu juga disebutkan harga solar Pertamina dex naik dari Rp 11.900 menjadi Rp 12.200 per liter. Harga Premium tak berubah, Rp 7.400 per liter. Kenaikan harga BBM itu disebutkan sebagai penyesuaian seiring dengan meningkatnya harga acuan minyak mentah (MOPS) di Singapura dan fluktuasi kurs rupiah.

Faisal menambahkan, jika rencana itu terealisasi, akan terjadi migrasi besar-besaran pengguna Pertamax ke Premium karena melebarnya disparitas harga. Pelanggan Pertamina pun bakal beralih ke pompa bensin milik asing seperti Shell dan Total yang menjual bensin oktan minimal 92 dengan harga tak sampai Rp 9.000 per liter. "Ini salah satu tindakan mafia migas untuk memperkeruh suasana."

Namun rencana perusahaan pelat merah itu urung dilaksanakan karena pemerintah mengintervensi. "Kami hanya melaksanakan tugas konstitusi bahwa pemerintah tidak boleh semata-mata menetapkan harga BBM berdasarkan mekanisme pasar," ucap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said. Ia pun membenarkan bahwa ada mafia migas di balik rencana kenaikan harga BBM ini.

Reporter: Redaksi