KATADATA ? PT Pertamina (Persero) menyebut bahwa harga BBM bersubsidi masih di bawah harga keekonomian, meski pemerintah sudah menaikkan harga Rp 2.000 per liter.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan setelah kenaikan harga, pemerintah tetap masih memberikan subsidi BBM. Besaran subsidi yang masih diberikan sekitar Rp 700 per liter untuk premium dan Rp 1.700-Rp 1.800 per liter untuk solar. (Baca: 10 Alasan Harga BBM Harus Naik)
Menurut Hanung, besaran kenaikan harga BBM yang baru saja diumumkan pemerintah, mengacu pada harga rata-rata Mean of Platts Singapore (MoPS) dan nilai tukar rupiah Oktober. Bulan lalu, harga MoPS sebesar US$ 95 per barel, sedangkan asumsi kurs rupiah berada pada Rp 12.100 per dolar Amerika Serikat (AS).
Dengan perhitungan tersebut, maka harga premium ditetapkan sebesar Rp 8.500 per liter dan solar sebesar Rp 7.500 per liter. Padahal, kata dia, harga keekonomiannya sebesar Rp 9.200 per liter untuk premium dan Rp 9.700 per liter untuk solar.
Dia mengaku bahwa dalam dua pekan pertama bulan ini MoPS sudah mencapai US$ 90 per barel. Namun, jika melihat rata-rata per tahun masih di atas US$ 100 per barel. Dengan harga rata-rata tersebut, menurutnya harga rata-rata premium bisa mencapai lebih dari Rp 9.600 per liter.
"MoPS memang bergerak turun. Kalau bulan lalu US$ 96 per barel. Bulan ini US$ 90 per barel. Artinya harga keekonomian bulan depan pengaruh tergantung kurs dolar. Tapi bagaimana pun ada subsidi," kata Hanung, disela-sela Annual Hulu Day 2014, di kantornya, Jakarta, Selasa (18/11)..
Meski demikian, hanung mengaku saat ini pihaknya sedang mempertimbangkan penurunan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax. Rencananya dalam empat hari mendatang harga Pertamax akan diturunkan dari hari harga saat ini sebesar Rp 10.200 per liter.
Namun, dia belum bisa menjawab berapa besaran penurunan harganya. Dia hanya memastikan harga pertamax akan berada di bawah harga bensin RON 92, yang dijual oleh kompetitor. Dengan penurunan harga tersebut, Pertamina juga mengaku masih mendapat untung.
Menurut Hanung, penurunan harga ini dilakukan agar selisih harga BBM bersubsidi dan BBM nonsubsidi semakin kecil. Tujuannya agar masyarakat bisa beralih menggunakan BBM nonsubsidi.