KATADATA ? PT Pertamina (Persero) mengaku masih enggan membangun kilang mini untuk mengatasi masalah defisit produk minyak di Indonesia. Perusahaan minyak dan gas negara ini lebih memilih meningkatkan kapasitas produksi kilang yang ada. (Baca: SKK Migas Usulkan Pertamina Bangun Kilang Mini)
Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan meningkatkan kapasitas lebih efisien dan ekonomis daripada membangun kilang baru. Menurutnya, untuk membangun kilang mini yang berkapasitas kecil, Pertamina harus membuka lahan baru dan biayanya akan lebih besar.
"Kilang semakin besar semakin efisien. Karena kita nggak perlu pembebasan tanah lagi. Kita upgrade saja dengan teknologi," kata Ali, saat ditemui Katadata, di Jakarta, kemarin.
Pertamina mengaku penambahan kapasitas produksi penting. Karena konsumsi bahan bakar di Indonesia mengalami peningkatan rata-rata 8 persen dalam 5 tahun terakhir seiring pertumbuhan ekonomi. Pertamina memperkirakan, tren tersebut akan berlanjut dalam 5 tahun mendatang dengan rata-rata pertumbuhan permintaan minimal sekitar 5 persen per tahun. (Baca: Kilang Bontang Kelebihan Produksi, Pasokan Gas Dalam Negeri Masih Kurang)
Menurut Ali, Pertamina sudah memiliki rencana untuk menggarap peluang menambah produksi dari kilang yang sudah terbangun. Saat ini rencana tersebut masih dalam tahap studi dengan UOP LCC, anak perusahaan Honeywell yang berbasis di Amerika Serikat (AS). UOP LCC merupakan perusahaan penyedia teknologi kilang minyak dan petrokimia bertaraf internasional.
Rencananya Pertamina akan menambah kapasitas produksi sebesar 500.000 barel per hari, dari total kapasitas saat ini sebesar 1,04 juta barel per hari. Maka, nantinya kilang Pertamina akan mampu memproduksi minyak 1,5 juta barel per hari. Kilang tersebut juga bisa mengolah minyak berkualitas rendah atau berkadar belerang tinggi (sour crude oil). (Baca: Kilang Bontang Kelebihan Produksi 10 Kargo)
Hingga kini Pertamina memiliki enam kilang minyak. Yakni di Dumai, Riau dan Plaju, Sumatera Selatan masing-masing 170 ribu barel dan 133,7 barel. Lalu, di Cilacap, Jawa Tengah sebesar 348 ribu barel, dan di Balikpapan, Kalimantan Timur 260 ribu barel. Kemudian di Balongan, Jawa Barat 125 ribu barel dan Kasim, Papua Barat 10 ribu barel.
Alasan Pertamina meningkatkan kapasitas, juga karena rencana untuk membangun dua kilang baru terhambat masalah kebijakan insentif fiskal. Sebelumnya, dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) Pertamina berniat membangun kilang minyak, dengan menggandeng Saudi Aramco dan Kuwait Petroleum Corporation. Kapasitas kilang yang akan dibangun tersebut mencapai 600.000 barel, atau masing-masing sebesar 300.000 barel per hari. (Baca: Kilang Bontang Kritis, KKKS Diminta Kurangi Produksi)
?Investor kan perlu insentif. Saat ini belum bisa diakomodir dengan kebijakan yang ada. Makanya Pertamina gunakan strategi lain,? ujar Ali.
Sayangnya, Ali enggan menyebut besaran dana yang mesti dikeluarkan untuk meningkatkan kapasitas, serta biaya yang disiapkan untuk ekspansi bangun kilang baru tersebut. Namun, untuk Bankable Feasibility Study (BSF) modernisasi kilang senilai US$ 1,07 juta, dibiayai secara parsial oleh United States Trade and Development Agency (USTDA).
Adapun biaya yang dibutuhkan Investasi untuk membangun kilang mini berkapasitas 18.000 barel per hari hanya mencapai US$ 150 juta. Jauh lebih murah dibandingkan membangun kilang besar berkapasitas 300.000 barel per hari yang menghabiskan investasi lebih dari US$ 10 miliar. (Baca: Lebih Baik Bangun Kilang Mini)