Ancaman Krisis Minyak bagi Pemerintah Baru

KATADATA/
Isi form di halaman ini untuk mengunduh berkas PDF Riset
Penulis:
Editor: Arsip
28/5/2014, 11.01 WIB

KATADATA - Beban dan tugas berat akan dihadapi oleh pemerintah baru yang terpilih melalui hasil Pemilihan Umum Presiden pada Juli 2014. Mereka akan menghadapi pekerjaan rumah besar yang ditinggalkan oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono berkaitan dengan sektor energi.

Saat ini, Indonesia sudah berada di ambang krisis minyak. Cadangan minyak bumi yang dimiliki Indonesia sudah tidak lagi memadai, hanya tersisa 14 persen. Dalam tempo 30 tahun, cadangan minyak Indonesia telah merosot 68 persen. Ini adalah penurunan cadangan minyak paling tajam dan cepat di Asia.

Blok-blok besar yang selama ini menjadi andalan produksi minyak Indonesia semakin tua dengan tingkat produktivitas yang menurun. Beragam cara dan teknologi untuk optimalisasi produksi melalui enhanced oil recovery telah dilakukan. Namun, produksi dari sekitar 10 ladang minyak besar yang dikelola oleh perusahaan multinasional tersebut rata-rata menurun tajam.

Sebaliknya, konsumsi minyak Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan dan permintaan mobil baru. Di saat industri mengurangi ketergantungan pada BBM yang berharga mahal, sektor transportasi justru haus mengkonsumsi minyak. Bahkan, pertumbuhan konsumsi minyak dari sektor transportasi mencapai rata-rata 6 persen per tahun. Akibatnya, transportasi menjadi sektor paling dominan atau melebihi 75 persen konsumsi minyak Indonesia.

Persoalannya, dampak ketimpangan antara produksi dan konsumsi minyak Indonesia yang kian menganga tidak hanya berhenti pada lonjakan impor minyak maupun BBM. Kesenjangan ini telah memberikan dampak lanjutan serius bagi perekonomian negara.

Halaman:
Reporter: Redaksi