Pemerintah hingga kini masing mengkaji kemungkinan penurunan harga BBM seiring anjloknya harga minyak dunia. Pengamat Energi Pri Agung Rakhmanto memperkirakan penurunan harga BBM dapat mencapai Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per liter jika menggunakan asumsi harga minyak dunia dan rupiah saat ini.
Pri Agung menjelaskan, harga minyak dunia dan kurs berpengaruh besar terhadap perhitungan harga BBM. Ia mencontohkan pada Januari hingga Februari, harga minyak masih di kisaran US$ 55 per barel dan kurs Rupiah sekitar Rp 13.500-14000/US$.
Di dalam periode tersebut dapat dikatakan relatif tidak ada perubahan signifikan terhadap asumsi harga minyak mentah Indonesia atau ICP maupun kurs yang ditetapkan dalam APBN. Dalam APBN 2020, ICP dipatok US$ 63 per barel, sedangkan kurs Rp 14.400 per dolar AS.
Jika dillakukan penyesuaian pada periode tersebut, menurut Pri, penurunan harga BBM hanya akan berada antara Rp 200 hingga Rp 500 per liter.
(Baca: Harga Minyak Dunia Anjlok, Pemerintah Masih Kaji Penurunan Harga BBM)
Sementara pada bulan Maret hingga April ini rata-rata harga minyak dunia di kisaran US$ 30 per barel. Sedangkan kurs Rupiah di kisaran Rp. 15.000-15.500 per dolar AS.
"Efek dari keduanya terhadap harga bbm dalam hal ini adalah saling meng-offset, harga minyak turun akan menurunkan harga bbm, namun pelemahan Rupiah akan menaikan harga bbm," kata Pri Agung kepada Katadata.co.id, Senin (20/4).
Ia pun memperkirakan ruang untuk penurunan harga BBM mencapai Rp1000-1500 per liter. "Persisnya berapa, saya kira biar pemerintah dan Pertamina yang nanti menghitungnya, karena perhitungan formal yang digunakan dalam hal ini kan mesti menggunakan data-data formal dari pemerintah maupun pertamina sendiri," ujar Pri.
Jika penurunan harga BBM dapat dilakukan, maka langkah tersebut cukup rasional di tengah kondisi saat ini. Pasalnya, Pri memproyeksi rata-rata harga minyak di sepanjang tahun 2020 kemungkinan akan masih tetap rendah yakni di angka US$ 30-40 per barel.
(Baca: Terendah dalam 19 Tahun, Harga Minyak Dunia Anjlok ke US$ 15 / Barel)
Di samping itu, penurunan harga BBM dapat membantu perekonomian masyarakat di tengah Pandemi Corona, meski aktivitas belum kembali normal.
Pri tetap mengimbau agar objektifitas dalam menghitung penurunan BBM juga memperhatikan daya beli masyarakat saat ini. Selain itu, penyesuaian harga BBM tak boleh dilakukan berdasarkan aspek politis.
"Juga tetap harus memperhatikan keseimbangan indikator makro ekonomi secara keseluruhan baik fiskal maupun moneter, dan juga kesehatan keuangan Pertamina sebagai penyedia di dalam pengadaan BBM dan energi nasional," kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, masih mengkaji imbas dari anjloknya harga minyak dunia terhadap penyesuian harga BBM dalam negeri. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam penyesuaian harga BBM selain harga minyak mentah dunia, di antaranya pelemahan kurs rupiah dan rendahnya permintaan BBM di tengah pandemi Covid-19.