BUMN spesialis alat kesehatan (alkes), PT Indofarma (Persero) Tbk akan menggandeng Universitas Indonesia (UI) untuk memproduksi dan mendistribusikan ventilator. Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto menargetkan, perusahaan memproduksi 15 ribu ventilator selama dua bulan ke depan.
Selama pandemi corona berlangsung, rumah sakit (RS) dan institusi rujukan yang menangani pasien Covid-19 membutuhkan sekitar 30 ribu ventilator.
“Setidaknya 50%-nya bisa kami produksi dan distribusikan ke RS rujukan dan institusi kesehatan lainnya yang merawat pasien covid-19," kata Arief ketika rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI melalui konferensi video, Selasa (21/4).
Arief menjelaskan, ventilator buatan UI ini sudah lolos uji kompetensi dan sertifikasi kelayakan dari Balai Pengawasan Peralatan Kesehatan (BPPK). Sehingga, nantinya hak patennya akan dimiliki UI.
(Baca: Indofarma Ekspansi Bisnis Kawasan Industri Alat Kesehatan)
Sedangkan Indofarma hanya menangani dari sisi produksi. “Dari sisi komersialnya mulai dari marketing,sales, distributionnya juga nanti di Indofarma," ujar Arief.
Selain ventilator, perusahaan berkode emiten INAF ini juga akan memproduksi alat pelindung diri (APD) yang akan didistribusikan ke rumah sakit baik pusat maupun daerah, serta institusi rujukan yang menangani pasien Covid-19.
Arief menyebut, perseroan yang selama ini hanya fokus memproduksi alkes di empat komponen yakni furnitur RS, diagnosa, disposable, dan elektromedis. Sekarang, Perseroan turut memproduksi APD guna memenuhi kebutuhan yang naik drastis.
Untuk mendukung hal tersebut, kata Arief, Perseroan telah menggandeng perusahaan garmen dan UMKM untuk memproduksinya. Perseroan, membimbing dari segi teknisnya, agar jahitannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan maupun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
(Baca: Harga Saham Kimia Farma dan Indofarma Lompat 24% karena Obat Klorokuin)
“Kami sudah banyak mendistribusikan APD ini, setiap hari selalu ada yang datang ke kami. Kami didistribusikan kepada Rumah Sakit yang membutuhkan,” jelasnya.
Ia mengamini, bahan baku untuk memproduksi APD selama ini kebanyakan didatangkan dari Tiongkok. Alhasil, meski permintaan terus melonjak, produksi tidak mudah ditingkatkan. Untuk itu, Perseroan akan menyiapkan contingency planning.
Di sisi lain, Arief mengatakan, Perseroan akan mengubah portofolio bisnis dengan menjadi BUMN Alat Kesehatan (Alkes). Saat ini kontribusi bisnis perusahaan sebesar 85% masih didominasi dengan bisnis farmasi atau penjualan obat. Sedangkan alat kesehatan (Alkes) baru mencapai 15%.
Ke depan, secara bertahap bisnis INAF khususnya untuk farmasi akan diselaraskan dengan bisnis Kimia Farma. “kami akan lepas bisnis yang overlapping,” ia menegaskan.
(Baca: Bio Farma Segera Produksi 100 Ribu Alat Tes Covid-19 Berbasis RT-PCR)