Ilmuwan di Inggris telah memulai uji coba vaksin virus corona Covid-19 kepada manusia pada Kamis (23/4). Pengujian antivirus bernama ChAdOx1 nCoV-19 dilakukan tim peneliti Universitas Oxford pada dua orang sukarelawan.
ChAdOx1 berasal dari virus flu simpanse yang telah dilemahkan dan tidak dapat menginfeksi manusia. Ilmuwan lalu menggunakan protein SARS-CoV-2 pada vaksin ChAdOx1 ini untuk membentuk antibodi terhadap Covid-19.
Prof Andrew Pollard, Direktur Oxford Vaccine Group mengatakan pihaknya mengejar target pengembangan vaksin pada gelombang pertama pandemi Covid-19. Ini agar mereka mengetahui dampak antivirus ini ketika digunakan langsung di tengah masyarakat.
“Dan kami berpikir bahwa akan ada lebih banyak kasus di masa depan karena virus ini belum hilang,” kata Pollard dikutip dari BBC, Jumat (24/4).
(Baca: Singapura Targetkan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Dimulai Agustus )
Jika hasil pengujian berjalan sesuai rencana, mereka akan menggelar uji coba serupa kepada 5.000 sukarelawan. Tim dari Oxford ini juga yakin risiko bahaya dari vaksin ini sangat minim. Targetnya pada September mendatang sudah ada 1 juta dosis yang akan disiapkan demi menangkal Covid-19.
“Kami harus pastikan memiliki dosis yang cukup untuk menyediakan bagi mereka yang membutuhkan. Tidak hanya di Inggris, tapi juga di negara berkembang,” kata Pollard.
Salah satu sukarelawan, Dr Elisa Granato menyampaikan alasan berpartisipasi dalam uji coba vaksin. Granato mengatakan ia adalah ilmuwan sehingga merasa perlu mendukung proses ilmiah demi menangkal corona.
“Kita harus menunjukkan itu benar-benar bekerja dan menghentikan (lebih banyak) orang terinfeksi virus corona,” kata Granato.
Tak hanya Inggris, Pemerintah Jerman pada Rabu (22/4) lalu telah memberi lampu hijau bagi perusahaan bioteknologi yakni BioNTech untuk melakukan uji coba vaksin pada manusia. Rencananya kandidat vaksin bernama BNT162 ini akan diuji pada 200 orang.
Menteri Kesehatan jerman Jens Spahn menyambut baik rencana uji coba vaksin yang dikembangkan BioNTech bersama Pfizer ini. Namun ia juga meminta khalayak untuk bersabar karena pengembangannya pasti memakan waktu yang tak sebentar.
“Penting untuk diingat bahwa itu akan memakan waktu berbulan-bulan sebelum vaksin benar-benar dapat tersedia," kata Spahn dilansir dari Bloomberg.