Permintaan Anjlok 30%, Harga Minyak Terus Turun dalam 8 Pekan Terakhir

KATADATA
Ilustrasi, kilang minyak. Harga minyak AS pada hari ini, Senin (27/4), turun 5,31% karena permintaan terus berkurang akibat pandemi corona.
27/4/2020, 08.58 WIB

Harga minyak anjlok dalam delapan pekan terakhir karena permintaan terus berkurang akibat pandemi corona. Padahal negara yang tergabung dalam OPEC telah sepakat memangkas produksi 9,7 juta barel.

Permintaan minyak mentah hingga saat ini berkurang hingga 30% akibat pandemi. Hal itu terus menekan pergerakan harga minyak di bursa berjangka.

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 07.54 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni 2020 turun 5,31% ke level US$ 16,04 per barel. Sedangkan harga minyak Brent untuk periode yang sama turun 1,12% menjadi US$ 21,20 per barel.

Adapun, harga minyak jenis Brent pada pekan lalu telah turun 24% dan WTI turun sekitar 7%. Pelaku pasar memproyeksikan permintaan akan berkurang selama berbulan-bulan karena gangguan ekonomi yang disebabkan Covid-19.

(Baca: Dipicu Wacana Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Naik ke US$ 20/Barel)

(Baca: Kejatuhan Harga Minyak Berisiko Hantam Ekonomi Negara Raja-raja Minyak)

Para investor pun mengawasi perkembangan kebijakan perusahaan migas besar seperti Exxon Mobil (XOM.N), BP Plc (BP.L) dan Royal Dutch Shell (RDSa.L). Kemungkinan para produsen itu tidak akan memangkas produksi dengan cepat atau cukup dalam untuk mendongkrak harga.

Apalagi ketika pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2% tahun ini. Proyeksi tersebut lebih buruk daripada krisis keuangan.

Di sisi lain, tangki tempat penyimpanan minyak di seluruh dunia sudah hampir penuh. Sehingga diperlukan lebih banyak pengurangan produksi. 

Negara OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, pada bulan ini telah sepakat memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari. Organisasi itu pun diwacanakan akan memangkas produksi lagi untuk mengangkat harga minyak. 

(Baca: Konflik AS dan Iran Kerek Harga Minyak di Tengah Pandemi Corona)

Reporter: Verda Nano Setiawan