Hingga Selasa (28/4), virus corona telah menginfeksi 9.511 orang di Indonesia. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan mencatat pasien positif Covid-19 di tanah air didominasi oleh kelompok laki-laki.
Berdasarkan data per 23 April 2020, pasien positif virus corona berjenis kelamin laki-laki berjumlah 3.900 orang, sedangkan pasien perempuan berjumlah 2.489 orang.
Tak hanya itu, pasien laki-laki juga terlihat mendominasi di setiap kelompok usia. Di kelompok pasien umur 18 hingga 65 tahun misalnya, memiliki populasi pasien laki-laki sebanyak 3.405 orang, sedangkan pasien perempuan sebanyak 2.352 orang.
Temuan yang sama juga ditemukan pada kelompok pasien usia di atas 65 tahun, di mana jumlah pasien laki-laki mencapai 440 orang, sedangkan pasien perempuan hanya 291 orang. Kelompok usia tersebut tertinggi kedua di bawah kelompok usia 18-65 tahun.
Demikian juga dengan kasus meninggal dunia. Korban meninggal laki-laki akibat Covid-19 berjumlah 394 orang, sedangkan perempuan berjumlah 176 orang. Korban meninggal laki-laki juga mendominasi kelompok usia 18-65 tahun. Pasien laki-laki yang meninggal pada kelompok ini berjumlah 285 orang, sedangkan perempuan 122.”
Selain itu, data ini menunjukan bahwa virus corona lebih mudah menyasar kelompok produktif yang memiliki tingkat mobilisasi tinggi di masyarakat. “Mobilitas ini dapat dihubungkan dengan faktor sosial-ekonomi. Di samping itu, kondisi tersebut dapat menjadi petunjuk terhadap efektivitas kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB,” demikian dikutip dari siaran pers.
Tak Hanya di Indonesia
Tak hanya di Indonesia, kasus virus corona di tingkat global juga menunjukan tren yang serupa. Infeksi Covid-19 banyak menyasar pada laki-laki ketimbang perempuan. Selain itu, pada pasien laki-laki, tingkat fatalitas Covid-19 juga lebih tinggi.
Data Otoritas Kesehatan New York pada 14 April 2020, 61,8% dari total korban meninggal akibat virus corona adalah laki-laki. Kemudian, menurut data Worldometers, tingkat fatalitas Covid-19 pada laki-laki mencapai 4,7% dari kasus terkonfirmasi. Sedangkan pada pasien perempuan, hanya 2,8% dari kasus terkonfirmasi yang berakhir dengan kematian.
(Baca: Positif Corona RI Naik Jadi 9.511 Orang, Lebih dari 1.200 Telah Sembuh)
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok juga sempat mengeksplorasi kasus infeksi virus corona yang terkonfirmasi di Wuhan, Provinsi Hubei, pada 11 Februari 2020. Hasilnya, 51,4% kasus terjadi pada laki-laki atau 22.981; sedangkan sisa 48,6% menimpa perempuan atau 21.691 orang.
Mengapa laki-laki lebih rentan tertular Covid-19? Mengapa pula pada pasien pria, virus corona menjadi lebih ganas? Berikut penjelasannya:
1. Faktor Biologis
Pertama adalah faktor biologis. Laki-laki dilahirkan dengan tingkat imunitas yang lebih rendah ketimbang perempuan. “Ada sesuatu tentang sistem kekebalan pada wanita yang lebih kuat,” kata direktur Kantor Penelitian Kesehatan Wanita di National Institutes of Health, Janine Clayton, dikutip New York Times.
Ahli penyakit dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Sabra Kleins mengatakan, dalam kasus penyakit yang menginfeksi saluran pernafasan, laki-laki juga sering didapati memiliki kondisi yang lebih buruk ketimbang perempuan.
Menurut hipotesis yang sementara disepakati oleh para ilmuwan, imunitas perempuan dibangun oleh dua kromosom X yang dibawa oleh hormon estrogen di dalam tubuhnya. Sedangkan hormon testosteron pada laki-laki hanya membawa satu kromosom X.
Ahli mikrobiologi di University of Lowa, Stanley Perlman, dalam eksperimennya, pernah menyuntikan Covid-19 kepada tikus jantan dan betina. Hasilnya, tikus jantan memiliki repons imunitas yang lebih lemah terhadap virus corona ketimbang betina. Tikus jantan juga didapati memiliki lebih banyak kerusakan pada paru-parunya.
Ketika Perlman mencoba memblokir kinerja homorn estrogen tikus betina dengan cara mengangkat organ indung telurnya, tikus tersebut juga menjadi lebih mudah mati. Ini menunjukan bahwa hormon estrogen berperan penting dalam pembentukan imunitas perempuan. “Ini bisa menjadi model tentang apa yang terjadi pada manusia,” katanya.
(Baca: Kemenperin Sebut 60% Industri Terpukul Pandemi Corona)
2. Perilaku Kesehatan Laki-laki yang Buruk
Faktor kedua adalah kebiasaan. Dalam opininya yang diterbitkan di The Guardian pada Selasa (7/4) lalu, penulis sains dari jurnal Nature, Phillip Ball menjelaskan laki-laki cenderung memiliki kebiasaan yang merusak kesehatan, terutama merokok.
Kondisi ini menurutnya juga dibangun budaya pemasaran rokok yang menyasar laki-laki, dengan stereotip bahwa laki-laki perokok adalah sosok mandiri dan tangguh. “Saat ini, di Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya, merokok tidak hanya dilihat sebagai sebagai maskulin, tetapi juga sebagai aspek yang hampir esensial dari hubungan bisnis,” katanya.
Sebelumnya, penelitian The New England Journal of Medicine pada 1.099 pasien virus corona di Tiongkok pada 29 Januari 2020, menemukan bahwa 12,6% pasien di antaranya merupakan perokok. 25,8% dari total pasien perokok tersebut berujung pada perawatan intensif yang melibatkan ventilator, hingga mengalami kematian.
Di samping itu, Sara Kayat dari Layanan Kesehatan di Inggris menulis, perokok lebih rentan tertular virus corona karena kebiasaannya meletakan tangan di mulut, serta tidak jarang melinting rokok dengan tangan yang tidak dicuci atau terkontaminasi virus.
Kebiasaan tersebut dapat memicu pemularan virus corona dari tangan ke mulut. “Beberapa produk rokok seperti pipa air dapat memungkinkan berbagi corong atau selang, yang juga dapat memfasilitasi transmisi Covid-19,” demikian dikutip dari Al Jazeera, Rabu (22/4).
(Baca: PSBB Efektif, Pakar Prediksi Corona di Jakarta Mereda Jelang Lebaran)
Sara juga mengatakan, tingkat kematian pasien Covid-19 yang merokok juga lebih tinggi. Perokok biasanya didapati mengalami komplikasi yang lebih buruk pada organ paru-paru ketimbang yang bukan perokok. “Karena kesehatan pernafasan dasar mereka sudah cenderung buruk,” katanya.
Selain itu, asap rokok juga membahayakan kekebalan tubuh, sehingga membuat perokok lebih rentan terhadap virus corona. “(Asap rokok) menyebabkan aktivasi dan perekrutan sel-sel inflamasi ke dalam paru-paru, yang mengarah pada pelepasan bahan kimia lain, yang selanjutnya merusak fungsi sel-sel kekebalan.”
Reporter: Nobertus Mario Baskoro