Berbagai cara dilakukan institusi di Indonesia untuk mencari jalan keluar dari penyebaran virus corona Covid-19. Salah satunya Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman yang berhasil memetakan tiga whole genome sequence (WGS) alias genom virus ini dari pasien.
Dari unggahan Twitter @eijkman_inst, tiga virus ini dinamakan hCoV-19/Indonesia/EIJK0141/2020, hCoV-19/Indonesia/EIJK0317/2020, dan hCoV-19/Indonesia/EIJK2444/2020. Hasil WGS ini juga telah dikirim ke GISAID di Jerman untuk ditelaah lebih lanjut.
Data ini bermanfaat untuk penelitian lanjutan demi mengetahui epidemiologi virus, pengembangan vaksin dan obat antivirus. Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio mengatakan dalam beberapa hari, akan terlihat bagaimana pola epidemiologi corona di Indonesia.
Sedangkan WGS adalah informasi dasar dari suatu gen untuk mengetahui pembentukan suatu organisme. “Dengan mengetahui virus yang beredar, kami juga bisa desain vaksin yang sesuai dengan yang ada di Indonesia,” kata Amin kepada Katadata.co.id, Senin (5/4).
(Baca: Video: Data Terbaru Kasus Corona di Indonesia per 4 Mei 2020)
GISAID adalah institusi yang dikembangkan Pemerintah Jerman dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mempelajari data genetika virus. Amin mengatakan mereka memang terbiasa melakukan studi ribuan genome virus atau mikroba penyebab wabah. “Nanti dianalisa, virus di negara itu masuknya dari mana,” katanya.
Amin memberitahu dalam waktu dekat, Eijkman akan menambah empat genom virus lagi yang dikirim ke GISAID. Dia juga mengatakan proses analisa data yang dilakukan GISAID akan cepat. “Hanya beberapa hari, tidak sampai satu minggu,” katanya.
Penelitian virus juga dilakukan oleh ilmuwan di Tiongkok. Profesor Li Lanjuan dan timnya dari Universitas Zhejiang menemukan bahwa Covid-19 telah bermutasi menjadi 33 jenis dan memiliki karakteristik berbeda di setiap penjuru dunia.
Dari temuan tersebut, 19 merupakan jenis yang baru. Beberapa yang paling mematikan memiliki jenis serupa dengan pasien di Eropa. Sedangkan varian yang lebih lemah berada pada klaster sama dengan Amerika Serikat.
"Sars-CoV-2 telah bermutasi dan mampu mengubah patogen secara substansial," ujar Li dalam penelitian yang dikutip akhir April lalu.
Sedangkan perlombaan menemukan vaksin corona juga dilakukan perusahaan Amerika Serikat yakni Moderna yang menggandeng korporasi asal Swiss yaitu Lonza Group. Mereka berharap kerja sama ini dapat mengebut produksi 1 miliar vaksin corona mRNA-1273. "Target kami menyediakan vaksin di seluruh dunia," kata CEO Moderna Stephane Bancel dikutip dari CNBC, Senin (4/5).
(Baca: Selama Belum Ada Vaksin, Gugus Tugas Tak Jamin Indonesia Bebas Corona)