Memprediksi Lonjakan Jumlah Pengangguran RI Imbas Corona

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/hp.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah (kiri) memasak bersama peserta pelatihan kerja saat kunjungan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (2/5/2020). Pelatihan bertujuan untuk memberikan bekal keterampilan dasar bagi tenaga kerja yang terdampak COVID-19.
6/5/2020, 19.21 WIB

Badan Pusat Statistik alias BPS baru saja merilis data ketenagakerjaan terkini. Tingkat pengangguran berada di bawah 5% pada Februari 2020 atau terendah sejak era 1990-an. Namun, keadaan telah berubah drastis seiring banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan atau usahanya terhenti seiring pembatasan sosial mulai Maret 2020.

BPS mencatat, jumlah pengangguran terbuka mencapai 6,68 juta orang pada Februari 2020. Ini artinya, tingkat pengangguran 4,8% dari total angkatan kerja yang sebanyak 137,91 juta orang. Lantas, berapa besar persentase ini akan melambung tahun ini?

Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan jumlah pengangguran telah bertambah puluhan juta, jauh di atas data pemerintah yang sebanyak 2-3 juta orang. Hal itu disampaikan Wakil Ketua Kadin Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Suryani Motik. Perkiraan tersebut mengacu pada banyaknya hotel yang tutup hingga UMKM yang terpukul.

(Baca: Indonesia dalam Pusaran Gelombang Angka Kemiskinan Dunia)

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah memang pernah menyinggung bahwa tambahan jumlah pengangguran pasti lebih besar dari data yang dimiliki kementeriannya. Ini lantaran banyaknya pekerja yang terkena PHK dan dirumahkan, namun tidak teridentifikasi.

Atau, laporannya berada di kementerian lain yakni Kementerian Koperasi dan UKM, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jika ditotal, Ida memperkirakan angka pekerja yang terkena PHK dan dirumahkan di sektor informal jauh lebih banyak ketimbang di sektor formal.

Berikut porsi pekerja di sektor formal dan informal berdasarkan data BPS:

Halaman: