Pandemi corona membuat penyerapan gas industri turun drastis hingga mengakibatkan pasokan gas alam cair atau LNG melimpah. Dampaknya, perusahaan migas seperti Pertamina hingga Chevron harus menyesuaikan produksi gas.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menyatakan konsumen gas telah mengurangi pengambilan LNG dari komitmen awal pada tahun ini. Seperti yang dilakukan oleh PT Pupuk Kalimantan Timur dan PT. Kaltim Methanol Industri.
Kedua perusahaan mengurangi penyerapan gas karena harga produksi yang rendah. Akibatnya, terdapat penumpukan LNG di Kilang LNG Badak, Bontang, Kalimantan Timur.
"Penumpukan LNG di Badak mengakibatkan hulu harus menyesuaikan produksi untuk menghindari top tank LNG," ujar Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno kepada katadata.co.id, Rabu (13/5).
Lebih lanjut, Julius memproyeksi, kondisi tersebut bakal berlangsung hingga Agustus 2020. Oleh karena itu, SKK Migas berharap kontraktor migas bisa mengoptimalkan pekerjaan untuk menyesuaikan produksi gas.
Di sisi lain, pihaknya bakal berupaya maksimal menjual stok LNG yang ada di pasar spot. Meskipun LNG tersebut harus dijual dengan harga yang murah.
(Baca: Pandemi Corona Menyulitkan SKK Migas Gaet Pembeli Gas Blok Masela)
Adapun pasokan gas di sistem Kalimatan Timur berasal dari beberapa perusahaan migas, diantaranya ENI, Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Sanga Sanga, Pertamina Hulu Kaimantan Timur, Chevron, dan Mubadala.
Sebelumnya, Pertamina Hulu Mahakam menyatakan bakal mengurangi produksi pada tahun ini. Caranya dengan memangkas penggunaan rig, dari empat menjadi dua rig. Selain itu, perusahaan mengurangi kegiatan pengeboran dari 117 menjadi 85 sumur di Blok Mahakam.
General Manager Pertamina Hulu Mahakam John Anis menjelaskan perusahaan kesulitan mencari pembeli di tengah anjloknya harga minyak. Padahal kinerja dari produksi Blok Mahakam pada kuartal pertama tahun ini sangat baik.
"Meskipun produksi kami sedang bagus-bagusnya hingga kuartal I 2020, tetapi ada high inventory di Bontang yang beresiko membuat tangki penuh. Produksi kami diminta untuk mulai diturunkan," kata John kepada katadata.co.id, Selasa (12/5).
(Baca: Ada Pandemi Corona, Pertamina Takut Produksi Blok Mahakam Tak Terserap)