Melongok Penanganan "New Normal" di Thailand Usai Kasus Corona Mereda

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva/aww/cf
Para pedagang menjual makanan setelah pemerintah mulai membuka beberapa restoran di luar pusat perbelanjaan, tempat parkir, dan tukang cukur saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Bangkok, Thailand, Minggu (3/5/2020).
21/5/2020, 07.00 WIB

Wacana kondisi baru yang normal alias new normal yang disampaikan usai pandemi virus corona Covid-19  mulai dilontarkan pemerintah. Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyampaikan masyarakat perlu berdamai dan menjalankan norma baru di tengah corona.

Sebenarnya wacana new normal ini bukan saja jadi pembahasan di Indonesia. Di negara tetangga seperti Thailand, norma baru kehidupan di kala pandemi juga telah disiapkan oleh pemerintahan Perdana Menteri Prayut Chan o-Cha.

Ini seiring relaksasi pembatasan covid-19 fase pertama yang mulai dilakukan di Negeri Gajah Putih sejak 3 Mei lalu. Dalam pelonggaran ini, pemerintah Thailand mulai menyalakan lagi mesin ekonominya. Salah satunya pusat perbelanjaan yang dibuka mulai Minggu, 17 Mei. 

“Semua harus menjaga ‘new normal’ dengan mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak,” kata juru bicara Pemerintah Thailand dalam penanganan Covid-19 Taweesin Wisanuyothin pekan lalu dikutip dari Nikkei, Selasa (19/5).

Berbeda dengan RI, Thailand pertama kalinya mencatatkan kasus baru corona sebanyak nol pasien pada Rabu (13/5). Menurunnya kasus terjadi setelah mereka mengambil kebijakan keras dalam menangani penyebaran Covid-19. Tanggal 3 April pemerintah negara tersebut memberlakukan jam malam 22.00 hingga 04.00 untuk membatasi pergerakan warga demi memutus rantai penularan virus.

Buntut kebijakan tersebut, penambahan kasus positif virus corona di sana mulai menurun setelah sempat mencapai 111 kasus per hari pada 8 April. Dari sehari setelahnya hingga hari ini tercatat kenaikan kasus di Thailand tak pernah melampaui dua digit. Dari laman Worldometers, jumlah orang yang positif terinfeksi corona di Thailand hanya 3.034, jauh di bawah Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Singapura.

Dengan melambatnya kasus baru, akhir April lalu PM Prayut mengumumkan relaksasi pembatasan. Beberapa tempat yang dibuka hanya meliputi pusat perbelanjaan, taman, salon, tempat olahraga, pasar, klinik, dan perawatan hewan peliharaan.

Penerbangan di dua bandara yakni Suvarnabhumi dan Don Mueang juga dibuka pada 1 Mei meski terbatas rute domestik. Sedangkan rute internasional baru dibuka akhir Mei.

Namun dalam situasi baru ini, pemerintah tetap mewajibkan pemeriksaan suhu tubuh, menjaga jarak, dan menggunakan masker di ruang publik. Pengunjung tempat umum juga wajib menjaga jarak minimal dua meter. 

Tak cukup itu, otoritas setempat juga meluncurkan aplikasi bernama Thai Chana atau ‘Thailand Menang’ akhir pekan lalu. Aplikasi ini digunakan untuk melacak pergerakan kontak orang yang terinfeksi corona. Tak hanya itu, Thai Chana juga memungkinkan semua jenis bisnis membuat QR code terpisah demi memperlancar transaksi non tunai guna meminimalkan kontak fisik.

Pemerintah Thailand juga telah menjelaskan kepada masyarakat bahwa aplikasi tersebut tak akan mengganggu privasi mereka. Hingga Minggu (17/5), sebanyak 26 ribu gerai telah terdaftar dengan total transaksi sebanyak 150 ribu kali.

Implementasi aturan juga dijalankan regulator dengan serius. Seorang influencer asal Hong Kong bernama Roger Wu dua kali ditolak masuk Pasar Chatuchak, Bangkok dua pekan lalu karena suhu tubuhnya di atas 37,5 derajat celsius.

Pihak swasta juga merespons kebijakan pemerintah dengan kreatif. Salah satunya pengelola gedung Seacon Tower di Bangkok yang mengubah sistem tombol lift menggunakan pedal. Ini untuk mengurangi potensi pengunjung terkena corona usai memencet dengan jari.

"Kami memakai gagasan lift yang dioperasikan dengan kaki," kata Vice President Seacon Development, Prote Sosothikul dilansir dari Reuters, Rabu (20/5).

HEALTH-CORONAVIRUS/THAILAND (ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva/aww/cf)
 
 

New normal juga diberlakukan Thailand pada sektor yang menjadi salah satu andalannya selama ini, pariwisata. Tourism Authority of Thailand telah memberikan sejumlah syarat jika aktivitas wisata berjalan kembali.

Beberapa prasyarat tersebut adalah kepatuhan perusahaan dan layanan pariwisata pada protokol Covid-19 pemerintah, memastikan keselamatan wisatawan, menjaga kebersihan di hotel, restoran, hingga transportasi.

Persiapan protokol wisata ini dirasa penting lantaran banyak turis terutama dari Tiongkok yang siap datang kembali ke negara tersebut. Dari data otoritas setempat, tercatat 10,9 juta pelancong Negeri Panda menyambangi Thailand pada 2019.

Salah satu operator hotel kenamaan di Thailand yakni Onyx Hospitality Group juga menyiapkan protokol kebersihan sampai kesehatan pekerjanya. “Kami belajar dari properti di Tiongkok bagaimana menerapkan praktik usai Covid-19,” kata Vice President Marketing & Communications Onyx Charles Yap dikutip dari laman Skift.

Bukan Relaksasi

Meski kondisi kasus Covid-19 di Thailand berbeda dengan RI, namun epidemiolog meminta pemerintah mulai mempersiapkan pembahasan new normal di RI. Hal ini untuk mencegah datangnya gelombang kedua virus corona. 

“Jadi supaya tidak kaget. Misalnya di warung kopi apa saja kegiatan yang diizinkan di sana. Karena semua akan berubah,” kata epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Pandu Riono kepada Katadata.co.id, Selasa (19/5).

Pandu juga meminta masyarakat tak salah mengartikan new normal sebagai ajang relaksasi dan melonggarkan kedisiplinan menjaga jarak. Dia menyayangkan di masa-masa akhir puasa malah terlihat konsentrasi warga mulai buyar.

“Ini kritis sekali karena masyarakat ingin berbelanja lebaran. Perlu dijaga agar tidak ada kerumunan,” katanya.

Pemerintah mulai melontarkan wacana new normal ketika kasus corona masih terus bertambah tiga digit sehari. Salah satu contohnya adalah Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beredar jelang akhir pekan lalu yang berisi lima fase pemulihan operasional perusahaan negara.

Salah satu isinya adalah persiapan pegawai berusia di bawah 45 tahun untuk berkantor lagi usai lebaran. Namun tetap saja karyawan tak bsisa berkantor jika di wilayahnya masih dilakukan pembatasan. “Kalau PSBB masih berlaku,  tetap tidak bisa ke kantor,” kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, Minggu (17/5).

Sebelumnya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, mengizinkan transportasi antar wilayah kembali beroperasi dengan syarat ketat, termasuk surat dinas dan hasil tes negatif Covid-19.

Sedangkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, protokol tersebut akan disesuaikan dengan masing-masing bidang. “Nanti akan dikompilasi oleh Kementerian Kesehatan dengan gugus tugas,” kata Muhadjir dalam konferensi pers, Senin (18/5).

Pandu berharap pemberlakuan PSBB bisa berjalan lancar agar dalam beberapa waktu ke depan beberapa wilayah bisa membuka aktivitasnya. Sedangkan hari Selasa (19/5), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah memperpanjang PSBB hingga 4 Juni.

“Tahap pertama bisa diawasi dua pekan, kalau (kasus) menurun lagi bisa dibuka.” kata Anies.

Reporter: Nobertus Mario Baskoro