SKK Migas: Kesepakatan Pengeboran Blok Rokan oleh Chevron Tertunda WFH

Agung Samosir|KATADATA
Pembahasan kesepakatan pengeboran Blok Rokan oleh Chevron tertunda kebijakan bekerja dari rumah alias work from home (WFH) imbas pandemi corona.
26/5/2020, 19.26 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menyebut penerapan kerja dari rumah atau work from home (WFH) membuat pembahasan kesepakatan pengeboran sumur di Blok Rokan oleh Chevron Pacific Indonesia tersendat.

Padahal, pembahasan ini penting dilakukan mengingat Chevron akan menanamkan investasinya di Blok Rokan sebelum alih kelola dengan Pertamina pada tahun depan.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan Chevron saat ini tengah menyiapkan draft kesepakatan untuk rencana pengeboran sumur di Blok Rokan. Hanya, menurut dia proses tersebut membutuhkan waktu lantaran Blok Rokan memliki cakupan area yang sangat luas.

"Ternyata butuh waktu untuk membahasnya karena WK Rokan itu besar sekali areanya dan jumlah sumurnya yang ribuan," ujar Fatar kepada Katadata.co.id, Selasa (26/5).

(Baca: SKK Migas: Chevron Siapkan Rp 2,38 Triliun untuk Mengebor Blok Rokan)

Selain itu, menurut Fatar selama ini dalam melakukan uji tuntas alias due diligence SKK Migas juga terkendala dengan kebijakan WFH. Maka itu, dalam realisasinya dibutuhkan teknologi yang mumpuni guna menyiapkan data tiap lapangan di Blok Rokan.

"Selama WFH kita gak bisa melakukan due dilligence secara akurat karena gak bisa ke lapangan. Jadi kita harus pakai teknologi dalam menyiapkan data-datanya," kata Fatar.

Adapun, hingga berita ini ditulis, Manager Corporate Communication Chevron Pacific Indonesia Sonitha Poernomo belum membalas konfirmasi dari Katadata.co.id.

Sebelumnya, SKK Migas menyatakan Chevron  akan memulai pengeboran di Blok Rokan pada tahun ini. Nilai investasi kegiatan itu mencapai US$ 152 juta atau setara Rp 2,38 triliun.

(Baca: SKK Migas Kukuh Minta Pertamina Mengebor 100 Sumur di Blok Rokan)

Fatar menjelaskan nilai investasi tersebut dihitung ketika harga minyak cukup tinggi. "Mudah-mudahan dengan kondisi sekarang, investasi bisa kurang," kata Fatar.

SKK migas pun telah mengkaji beberapa skenario harga minyak dalam menghitung pengeboran Blok Rokan. Adapun dana investasi yang akan disediakan oleh Chevron tersebut nantinya akan dikembalikan oleh pemerintah dengan skema kontrak cost recovery.

"Semua skenario akan kami lihat bagaimana caranya recover cost Chevron. Harapan kami, ini alih kelola yang baik dan jadi benchmark di masa datang," ujar Fatar.

Menurut Fatar, Chevron berencana mengebor 11 sumur baru pada November 2020. Kemudian, perusahaan asal Amerika Serikat itu, akan melanjutkan pengeboran 93 sumur baru dan 11 sumur konversi menjadi sumur produksi pada tahun depan.

(Baca: Stok LNG Menumpuk, Pertamina hingga Chevron Sesuaikan Produksi Gas)

Berdasarkan perhitungan SKK Migas, 11 sumur yang akan dibor pada tahun ini bisa mendongkrak kenaikan produksi sebesar 3.000 barel minyak per hari (bopd). Sedangkan pengeboran sumur pada 2021 dapat menambah produksi hingga 9.000 bopd.

"Itu sudah cukup membantu menekan angka penurunan produksi di Blok Rokan saat alih kelola nanti Agustus 2021," kata dia. Selanjutnya, menurut Fatar, pengeboran Blok Rokan akan dilanjutkan oleh Pertamina.

Dia pun berharap Pertamina dapat meningkatkan jumlah rig minimal 13 rig dari tujuh rig yang akan digunakan Chevron. Dengan begitu, Pertamina bisa melanjutkan pengeboran 100 sumur baru di Blok Rokan setelah alih kelola.

(Baca: SKK Migas Minta Chevron Mengebor 100 Sumur di Blok Rokan)

Reporter: Verda Nano Setiawan