Jawa Timur menjadi zona merah pandemi corona. Kemarin, lonjakan kasus pasien yang positif di provinsi itu menjadi yang tertinggi di Indonesia. Jumlahnya 199 kasus, hampir 30% dari penambahan kasus nasional, menjadi 4.142 kasus.
Presiden Joko Widodo sampai memerintahkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo untuk menangani masalah tersebut. “Berikan dukungan penuh untuk Jawa Timur, terutama terkait kesiapan rumah sakit daruratnya,” kata Jokowi saat konferensi video di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (27/5).
Meskipun Jakarta masih menunjukkan jumlah kasus terbesar se-Indonesia, tapi Jatim telah menggeser posisi Jawa Barat di posisi kedua. Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan provinsi dengan kasus terbanyak.
Soal rumah sakit memang jadi perkara pelik untuk provinsi yang dipimpin oleh Khofifah Indar Parawansa itu. Wakil Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Surabaya Arief Bakhtiar mengatakan sejumlah rumah sakit di Surabaya tak sanggup lagi menampung lonjakan pasien Covid-19.
Peningkatan jumlah pasien mulai terasa sejak lebaran pada pekan lalu. “Di beberapa rumah sakit, pasien masih ngendon di IGD (Instalasi Gawat Darurat) karena belum bisa masuk ruang isolasi,” ucapnya, dikutip dari Tempo.co.
(Baca: PSBB di Surabaya, Sidoarjo, & Gresik Diperpanjang hingga 8 Juni 2020)
Kondisi tersebut terjadi pula tempatnya bertugas, yakni Rumah Sakit Dr. Soetomo dan RS Royal Surabaya. Tenaga medis mulai kewalahan dengan kenaikan jumlah pasien.
RS Universitas Airlangga bahkan menghentikan sementara penerimaan pasien rujukan. Tenaga kesehatan akan fokus merawat orang yang sedang menjalani perawatan. Penghentian sementara ini berlaku mulai 26 Mei 2020 selama 14 hari.
Masalah juga terjadi di laboratorium Institute Tropical Disease (ITD) di universitas tersebut. Laboratorium rujukan pemerintah itu sedang membatasi penerimaan sampe tes Covid-19. Penyebabnya, sebagian tenaga kerjanya positif terpapar virus tersebut.
Ketua Pusat Informasi dan Humas Unair Suko Widodo membenarkan adanya surat pengumuman terkait pembatasan sampel virus corona. Saat ini ITD masih melakukan penataan internal.
(Baca: Jumlah Orang Tanpa Gejala Covid-19 di Jatim Meningkat Jadi 34,2%)
" Kebijakan penataan internal berimbas pada pengaturan layanan tes swab atau tes polymerase chain reaction (PCR) pendeteksi Covid-19. Direktur ITD Profesor Maria Inge Lucida telah melaporkan kebijakan internal tersebut ke Dinas Kesehatan Jawa Timur pada 26 Mei 2020," ujarnya.
Pembatasan penerimaan sampel atau spesimen tersebut hanya berlaku sementara. "Alasan pembatasan adalah menjaga kualitas layanan," ucap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair tersebut.
ApaLangkah Pemerintah Tangani Pandemi Corona di Jawa Timur?
Satgas Covid-19 telah penambahan tiga unit mobil laboratorium. "Tiga unit kita upayakan lagi, satu di Lumajang, satu di Surabaya dan satu lagi di Sidoarjo," kata Doni Monardo kemarin.
Pemerintah provinsi, ia mengatakan, juga akan memperbanyak laboratorium pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan arahan Jokowi untuk menggenjot tes virus corona di Tanah Air.
Doni mengakui peningkatan pasien terkonfirmasi positif di Jawa Timur karena ada kejadian warga yang positif dari klaster Goa (Sulawesi Selatan) dan jamaah tabligh (India). "Kalau klaster di dalam, ada Pesantren Temboro dan Pabrik Rokok Sampoerna," ucapnya.
(Baca: Capai 502 Orang, Jatim Catat Tambahan Kasus Corona Terbanyak Nasional)
Gugus Tugas juga memberi bantuan untuk rumah sakit lapangan di Surabaya dan Tulungagung, berupa tenda dan fasilitas mesin pendingin ruangan (AC). Total dana yang disalurkan untuk bantuan ini Rp 10 miliar.
Gubernur Khofifah mengatakan pihaknya telah menyiapkan rumah sakit lapangan di Gedung Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan di Jalan Indrapura 17, Surabaya. Kapasitas rumah sakit itu adalah 500 pasien.
"Total kapasitas Lapangan COVID-19 di Surabaya saat ini mencapai 200 orang, tapi nantinya bisa dimaksimalkan sampai 500 orang," katanya pada Jumat lalu.
Rumah sakit lapangan itu sifatnya darurat. Jadi, bentuknya ada gedung dan tenda, serta diperuntukkan bagi pasien positif COVID-19 berkategori ringan. "Di rumah sakit rujukan itu kondisi berat," ucap Khofifah. Harapannya dengan pembagian tersebut daya tampung rumah sakit rujukan akan makin besar.
(Baca: Jokowi Minta Daerah Wisata dengan Laju Corona Rendah Diidentifikasi)
Jawa Timur memiliki 99 rumah sakit rujukan. Di Surabaya, rumah sakit yang masuk dalam kategori itu, antara lain RS Dr. Soetomo, RS Katholik St. Vicentius a Paulo, RS Adi Husada Undaan Wetan, RSUD Bhakti Dharma Husada, RS Siloam, RS Premier, dan RS Universitas Airlangga.
Berapa Banyak Tes Covid-19 yang Sudah Dilakukan Surabaya?
Surabaya mencatat jumlah kasus terbanyak virus corona di Jawa Timur. Jumlahnya per kemarin 2.216 orang. Sementara di luar kota itu ada 95 orang.
Pemerintah Kota Surabaya mengklaim telah melakukan pemeriksaan tes cepat Covid-19 ke 21.203 warga pada 25 Mei lalu. "Dari rapid test itu sebanyak 2.080 hasilnya reaktif. Bagi warga yang dinyatakan reaktif tersebut langsung dilakukan pemeriksaan swab," kata Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya M. Fikser.
Pemeriksaan lanjutan sudah dilakukan terhadap 1.155 dari 2.080 warga tersebut. Hasilnya sejauh ini 347 orang positif dan 363 orang tidak terinfeksi corona. "Kami masih menunggu sisa hasil swab yang belum keluar berjumlah sekitar 445 orang. Mudah-mudahan secepatnya," ujarnya.
(Baca: Ilmuwan AS Fauci Optimis Vaksin Corona Dapat Ditemukan November 2020)