Harga minyak pada Jumat (29/5) waktu Indonesia kembali turun setelah naik hingga 2% pada sesi perdagangan sebelumnya. Hal itu dipicu peningkatan pasokan minyak di tangki penyimpanan Amerika Serikat.
Mengutip data Bloomberg pada hari ini pukul 08.08 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2020 turun 0,60% menjadi US$ 35,08 per barel. Sedangkan, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2020 turun 1,10% ke level US$ 33,34 per barel.
Energy Information Administration (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah AS naik melebihi ekspektasi menjadi 7,9 juta barel pada pekan lalu. Sebab, ada peningkatan impor yang cukup besar dari Arab Saudi.
Di sisi lain, permintaan minyak mentah masih rendah meski beberapa negara bagian di AS melonggarkan pembatasan di tengah pandemi corona. "Peringatan Hari Pahlawan pada pekan lalu tidak meningkatkan penggunaan kendaraan seperti yang diharapkan pasar," Market Analyst RBC Capital Christopher Louney dikutip dari Reuters pada Jumat (29/5).
Ke depannya, pasar bakal fokus pada pembicaraan pemangkasan produksi negara OPEC+. Organisasi tersebut rencananya bakal membahas rencana tersebut pada minggu kedua Juni 2020.
Arab Saudi dan beberapa anggota OPEC mempertimbangkan pemotongan produksi 9,7 juta barel per hari diperpanjang setelah Juni 2029. Namun, rencana tersebut berlum mendapatkan dukungan dari Rusia.
(Baca: Tensi AS-Tiongkok Meningkat, Harga Minyak Jatuh Ke Level US$ 31)
Sebelumnya, laporan EIA juga menunjukkan peningkatan produksi kilang dan stok bensin yang turun secara tak terduga. Persediaan minyak mentah di pusat penyimpanan Cushing AS di Oklahoma turun 3,4 juta barel.
Director of Energy Futures di Mizuho Bob Yawger mengatakan pasar pada awalnya jatuh karena kenaikan besar dalam stok minyak mentah, tetapi beralih ke wilayah positif ketika melihat penurunan pada titik pengiriman Cushing untuk WTI.
Harga minyak diproyeksi bakal pulih dalam beberapa pekan terakhir karena antisipasi peningkatan permintaan setelah sejumlah negara melonggarkan karantina wilayah. Namun, permintaan minyak mentah belum pulih sepenuhnya.
Selain itu, ketegangan hubungan AS-Tiongkok pada pekan ini menambah tekanan terhadap harga minyak. Ditambah dengan ketidakpastian komitmen Rusia untuk melanjutkan pengurangan produksi minyak.