Pertamina akhirnya menunda pembangunan proyek kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) di Bontang. Hal itu karena mitra perusahaan, Overseas Oil and Gas LLC (OOG), mengundurkan diri dari proyek tersebut.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang mengatakan kerja sama dengan perusahaan migas asal Oman itu terpaksa dihentikan. Dengan kondisi tersebut, Pertamina memilih menunda proyek Kilang Bontang.
"Patner tidak bisa melanjutkan, kami hold dulu dan kaji kebutuhannya seperti apa," ujar Tallulembang melalui konferensi pers virtual pada Jumat (5/6).
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Pertamina bakal mencari mitra baru untuk Kilang Bontang. Menurut dia, OGG tidak serius menggarap proyek tersebut.
Hal itu terlihat dari tidak adanya perkembangan proyek kilang Bontang yang digarap Pertamina dengan OOG. Dengan alasan tersebut, pemerintah meminta Pertamina mencari mitra baru.
"Tidak kredibel mereka, kan sudah berapa tahun nih tidak jadi. Nanti bisa masuk dari Abu Dhabi," kata Luhut pada awal Maret 2020.
Luhut menyatakan ada dua perusahaan asal Uni Emirat Arab yang berpeluang menjadi mitra Pertamina di proyek kilang Bontang, yaitu Mubadala dan Abu Dhabi National Oil Company atau Adnoc. Namun, kedua perusahaan belum ada yang menjadi mitra Pertamina di proyek Kilang Bontang.
(Baca: Pertamina Teken Kerja Sama Pengembangan Kilang Petrokimia Dengan CPC)
(Baca: Pertamina: Pembangunan Kilang Cilacap Tetap Jalan Meski Tanpa Aramco)
Adnoc justru menjalin kerja sama dengan Pertamina untuk proyek Refinery Development Master Plan atau RDMP di Balongan. Menurut Tallulembang, pihaknya bakal berdiskusi dengan Adnoc untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pengembangan proyek kilang Balongan.
"Kalau Adnoc kami tunggu feasibility study yang selesai di Agustus, hasil dari itu kami akan diskusikan," ujar Tallulembang
Dari semua pengerjaan proyek kilang perusahaan, Kilang Balongan menunjukkan progres yang paling cepat. Hal itu karena pengerjaan proyek dibagi dalam tiga tahap.
Pengerjaan fase pertama berupa Dual FEED Competition (DFC) dengan dua konsorsium yakni Konsorsium RRE (Rekayasa Industri, Rekayasa Engineering, dan Enviromate Technology International) serta konsorsium JSW di antaranya JGC Indonesia, Synergy Engineering, dan Wijaya Karya.
Untuk fase kedua berupa studi kelayakan serta memulai Revamp Studi Unit ARDHM. Sedangkan fase ketiga berupa studi kelayakan bersama mitra, serta penetapan lokasi, dan pengadaan lahan.
(Baca: Jadi Proyek Mangkrak, BKPM & Pertamina Kebut Pembangunan Kilang Tuban)
Selain Balongan, Pertamina mengklaim progres pembangunan Kilang Balikpapan cukup baik. Perusahaan menyatakan konstruksi proyek tersebut telah mencapai 17%.
Tallulembang pun optimistis proyek tersebut bisa selesai pada 2023. Di sisi lain, perusahaan terus mencari mitra dan konsultan untuk proyek tersebut.
"Seleksi penggunaan konsultan yang akan kami pilih yang akan jadi partner kami," kata dia.
Selain proyek tersebut, Pertamina fokus melanjutkan pengembangan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban. Perusahaan bahkan siap mengintegrasikan kilang TPPI dengan mega proyek Kilang Tuban.
"Saat ini sedang kami laksanakan lelang. Pada Juli 2020, kami tetapkan pemenang untuk proyek TPPI. Rencananya, proyek ini rampung pada 2023," ujar Tallulembang.
(Baca: Meski Pandemi Corona, Progres Kilang Balikpapan Pertamina Capai 16,32%)
Proyek selanjutnya yaitu Kilang Dumai yang saat ini masih tahap awal. Sebab, Pertamina masih mencari mitra untuk proyek tersebut.
"Masih tahap awal banget baru Memorandum of Understanding, belum mengikat, masih kajian bersama dari sisi proyek maupun lingkup rencana pengembangan di sana," ujarnya.
Di sisi lain, Pertamina telah membatalkan kerja sama dengan Saudi Aramco di proyek Kilang Cilacap. Tallulembang menyatakan kedua pihak tak sepakat nilai valuasi.
Hal tersebut disampaikan Aramco pada akhir April 2020 setelah berkomunikasi secara intens dengan Pertamina. "Artinya mereka sadar sepenuhnya tidak bisa membangun bersama. Meski begitu, ada proyek lain yang bisa dikerjasamakan ke depannya," ujarnya.
Perusahaan pun tetap berkomitmen untuk melanjutkan pembangunan proyek Kilang Cilacap. Pertamina tengah mencari mitra baru untuk mengerjakan proyek tersebut. Adapun Kilang Cilacap ini bakal menghasilkan produk biorefinery setara bahan bakar minyak (BBM) Euro 5.
(Baca: Pertamina Dinilai Akan Sulit Kembangkan Kilang Cilacap Tanpa Aramco)