Bermaksud mencari penumpang, seorang pengemudi taksi Blue Bird bertemu tak sengaja dengan seorang gadis yang menjadi korban penculikan.
Awalnya, sopir taksi yang bernama Dadang berhenti di wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (2/6) setelah mengantar penumpang. Dia bermaksud mencari penumpang baru ketika melihat seorang gadis yang tampak kebingungan.
Gadis yang belakangan diketahui bernama NA, ternyata berasal dari Jambi mengatakan sedang melarikan diri dari kelompok orang yang menculiknya.
Setelah melalui komunikasi yang terbatas, ia menyarankan NA untuk menghubungi kerabat dan keluarganya melalui pesan di aplikasi media sosial Facebook.
"Dari Facebook ini, saya melihat unggahan kerabatnya, bahwa NA ini merupakan korban hilang sejak 29 Mei 2020," ujar Dadang dalam siaran pers dari Blue Bird, Kamis (4/6).
(Baca: Anies Sebut Jam Operasional Kendaraan Umum di Jakarta Kembali Normal)
Singkat cerita, NA menceritakan bahwa ia berhasil melarikan diri karena berpura-pura pingsan. Ia kemudian dibuang di jalan di daerah Lampung dan kemudian menumpang kendaraan bak terbuka, yang ia tidak tahu dan tidak kenal siapa pengendaranya.
NA menyampaikan, sempat merasakan bergoyang-goyang karena kendaraan bak terbuka yang dinaikinya ternyata dinaikkan ke kapal dan akhirnya ia sampai di Jakarta. Ketika berada di daerah halte Empu Sendok, Kebayoran Baru, ia tidak tahu telah berada di mana.
Sebelumnya, beredar di beberapa pemberitaan media nasional, seorang gadis asal Jambi menjadi korban penculikan. Kronologinya bermula saat Narmi pamit kepada keluarganya untuk pergi ke anjungan tunai mandiri (ATM) di sekitar Pasar Jambi pada 29 Mei 2020.
(Baca: Pandemi Covid-19 Lumpuhkan Bisnis Taksi, Pendapatan Turun hingga 75%)
Namun, ia tak kunjung kembali ke rumah hingga akhirnya ayahnya menerima pesan singkat, yang menyebutkan ia diculik. Saat itu, NA mengaku disekap di sebuah mobil dan tak bisa melarikan diri. Cerita selanjutnya, gadis berusia 20 tahun ini berhasil melarikan diri dan "terdampar" di Jakarta.
Ketika kemudian Dadang dapat berkomunikasi dengan ayah NA di Jambi, situasi mulai terang dan dapat dipecahkan. Ayah NA meminta bantuan membawa Narmi ke Polres Senen, dan kemudian beberapa saudara Narmi menemui di Polres tersebut.
Dadang mengatakan, hatinya tergerak untuk menolong meski membuatnya terpaksa tidak bisa melanjutkan kegiatannya mencari penumpang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Saya tidak membayangkan sekiranya kejadian yang dialami Narmi itu terjadi pada anak atau keponakan saya", katanya.