OPEC+ Perpanjang Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Kembali Naik

KATADATA
Ilustrasi, kilang minyak. Harga minyak kembali naik didorong oleh komitmen OPEC+ memperpanjang pemangkasan produksi serta pelonggaran lockdown di beberapa negara.
9/6/2020, 09.29 WIB

Harga minyak mentah dunia kembali naik pada perdagangan Selasa (9/6), setelah produsen minyak utama (OPEC) dan negara-negara sekutunya atau OPEC+ sepakat perpanjang pemangkasan produksi.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (9/6) pukul 7.33 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 naik 1,20% menjadi US$ 41,29 per barel. Sedangkan, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2020 naik 1,41% ke level US$ 38,78 per barel.

OPEC serta Rusia dan produsen minyak lainnya sepakat pada April 2020 untuk memangkas pasokan sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) pada Mei-Juni 2020. Hal ini guna mendukung harga setelah permintaan runtuh imbas dari pandemi global virus corona.

Kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ tersebut sepakat pada Sabtu (6/6) mempertahankan pemotongan. Adapun, pemangkasan yang akan dilakukan sekitar 10% dari pasokan global, diperpanjang hingga Juli 2020.

Namun Arab Saudi beserta dua produsen lainnya tidak akan mempertahankan pengurangan tambahan lebih dari satu juta barel pasokan harian.

Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan, kerajaan serta sekutunya, yakni Kuwait dan Uni Emirat Arab tidak akan melanjutkan tambahan pengurangan 1,18 juta barel per hari. Sementara itu, produsen shale oil AS telah mulai membuka kembali sumur yang ditutup seiring dengan naiknya harga minyak.

Analis menyebut hal ini dapat mengurangi pemulihan permintaan yang rapuh, serta melemahkan upaya OPEC untuk menopang harga. Di samping itu, Arab Saudi juga akan menaikan harga minyak mentahnya, mengantisipasi permintaan yang lebih banyak.

(Baca: OPEC+ Sepakat Pangkas Produksi Lagi, Harga Minyak Naik Menembus US$ 40)

"AS kembali melakukan produksi, dan ada spekulasi bahwa kenaikan besar harga minyak mentah di Saudi akan mematikan margin penyulingan yang sudah berjuang di Asia, ” kata Director of Energy Futures Mizuho Bob Yawger, dilansir dari Reuters, Senin (8/6).

Sedangkan, Tiongkok sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, mengatakan pembelian mencapai rekor tertinggi 11,3 juta barel per hari pada Mei 2020.

Sebelumnya, banyak pengamat yang mengapresiasi pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC+. Pasalnya, pemangkasan produksi akan mampu menjaga level pasokan secara global sehingga harga minyak tidak semakin jatuh.

Selain itu, optimisme pemulihan ekonomi di beberapa negara juga menaungi pergerakan harga minyak. Optimisme ini muncul seiring pelonggaran karantina wilayah atau lockdown di beberapa negara.

Amerika Serikat (AS) misalnya, negara yang paling banyak terjadi kasus positif virus corona, telah melonggarkan aturan lockdown di beberapa negara bagian. Contohnya, New York, yang merupakan episentrum penyebaran Covid-19 di AS, telah dibuka pada Senin (8/6).

Pelonggaran lockdown ini membangkitkan harapan kenaikan permintaan karena perekonomian berangsur kembali bergerak, meski lamban. Ditambah dengan pemangkasan produksi, diharapkan harga minyak semakin stabil.

(Baca: Pertemuan OPEC+ Hari ini, Harga Minyak Dunia Tembus US$ 40 per Barel)

Reporter: Verda Nano Setiawan