Katadata Insight Center (KIC) menilai perbaikan data diperlukan dalam menyeleksi peserta kartu prakerja. Direktur Riset KIC Mulya Amri menilai data yang tepat dapat mengarahkan seleksi kartu prakerja secara tepat.
"Beberapa orang bilang, 'Kok saya bisa lolos, padahal tidak butuh pekerjaan'. Ini masalah juga. Ini bukan hanya masalah kartu prakerja, ini database negara kita," kata Mulya dalam sebuah konferensi pers, Selasa (9/6).
Menurutnya, sejumlah database masih menjadi polemik, seperti data warga miskin hingga data masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Dia pun menilai perlunya ada database yang lebih baik, yang dapat diverifikasi langsung oleh warga.
Sebelumnya, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melaksanakan survei terhadap peserta kartu prakerja. Hasilnya menunjukkan 12,17% responden penerima manfaat merupakan pekerja atau karyawan atau buruh. Sedangkan sebanyak 80,8% responden merupakan pengangguran.
(Baca: Survei TNP2K Sebut 12,17% Peserta Kartu Prakerja Bukan Pengangguran)
Meski begitu, Mulya menilai proses pendaftaran kartu prakerja tidak mudah. Sebab, ada berbagai langkah yag harus ditempuh oleh calon peserta. "Bagi orang untuk berpura-pura menjadi peserta prakerja meski dia tidak layak menerima, dia harus keluar usaha lumayan banyak," ujar dia.
Oleh karena itu, dia berharap berbagai macam proses pendaftaran tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi calon peserta yang tidak membutuhkan pekerjaan untuk memberikan kesempatan kepada orang yang membutuhkan.
Secara keseluruhan, Mulya menilai program kartu prakerja telah berhasil mencapai misi ganda utnuk menyatukan program pelatihan dan meringankan beban hidup masyarakat. Hal tersebut, lanjut Mulya, bukan merupakan hal yang mudah.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil survei dari TNP2K. Sebanyak 80,8% responden yang merupakan pengangguran telah mencerminkan peserta kartu prakerja memenuhi kebutuhan riil masyarakat.
(Baca: Pemerintah Segera Buka Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang Keempat)
Selain itu, responden dianggap cukup teliti memastikan pelatihan sesuai dengan minat. Hasil survei menunjukkan, 98% responden membaca deskripsi pelatihan. Kemudian, 74% responden melakukan pengecekan pada digital platform lain terkait pelatihan yang serupa.
Meski begitu, Mulya melihat peserta memerlukan pengorbanan biaya dan waktu untuk mengikuti program kartu prakerja. Meski peserta mendapatkan insentif sebesar Rp 600 ribu selama tiga kali, peserta harus mengeluarkan pulsa.
Survei TNP2K tersebut menunjukkan, 49,3% responden harus mengeluarkan pulsa lebih dari Rp 50 ribu untuk mengikuti pelatihan. Selain itu, 47% responden mengatakan telah menyumbangkan waktu lebih dari empat jam untuk mengikuti pelatihan.
Selanjutnya, responden dianggap cukup pragmatis dalam memilih pelatihan. Pelatihan yang dipilih juga relevan untuk kebutuhan kerja. Survei menunjukkan, sebanyak 2.327 responden memiliih pelatihan yang cepat dan mudah, 1.623 responden memilih pelatihan yang dipaket dan mudah, serta 1,547 responden memilih yang sesuai kebutuhan kerja.
(Baca: Asosiasi Target 30 Ribu Pengemudi Ojek Online Daftar Kartu Prakerja)
Mulya memberikan catatan terhadap kesulitan yang dialami responden. Survei menyebutkan, sekitar 20% responden mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tahapan pendaftaran. Sementara, sekitar 555 responden lainnya tidak mengalami kesulitan.
Selain itu, Mulya menilai adanya kemudahan dalam menautkan rekening bank atau e-money. "Kemudahan menautkan rekening bank atau e-money ini bisa menjadi benchmark dalam hal lainnya," ujar dia.
Sekitar 70% responden mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam menautkan akun rekening bank atau e-money. Selebihnya, sekitar 14% mengatakan mengalami kesulitan dalam menautkan akun rekening bank atau e-money.
Oleh karena itu, Mulya menilai program kartu prakerja telah menunjukkan kemajuan yang positif. Meski begitu, kartu prakerja masih perlu melakukan perbaikan pada sejumlah hal.
(Baca: Seleksi Kartu Prakerja Diutamakan untuk Pekerja Terdaftar di Kemenaker)