Kasus Baru Covid-19 Menanjak Setelah New Normal, Apa yang Terjadi?

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.
Pengunjung melintasi salah satu toko di Pasar Baru, Jakarta, Senin (8/6/2020). Dalam masa transisi, pasar tradisional mulai dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan.
Penulis: Pingit Aria
10/6/2020, 18.07 WIB

Dua hari berturut-turut jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia terus bertambah hingga melampaui 1.000 per hari. Masyarakat dianggap kurang disiplin dalam menerapkan new normal saat beberapa daerah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat jumlah kasus baru Covid-19 yang terkonfirmasi hari ini, Rabu (10/6) sebanyak 1.241 kasus. Dengan demikian, jumlah total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 34.316. Sebelumnya, pada Selasa (9/6) kemari, jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi positif sebanyak 1.043.

Yurianto menjelaskan tambahan kasus terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur dengan 273 kasus. Di bawahnya ada Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta yakni 189 dan 157 orang terinfeksi.

Juru bicara nasional penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan peningkatan tersebut berasal dari tambahan hasil 17.757 uji spesimen. “Ini bukti bahwa tracing agresif bisa menangkap kasus positif,” kata Yurianto.

(Baca: Rekor 1.241 Kasus Baru Corona RI, Terbanyak Berasal dari Jawa Timur)

Di sisi lain, dalam laporan analisis hariannya, Gugus Tugas juga menyoroti beberapa daerah yang paling banyak menyumbang kasus positif Covid-19. Apalagi, di antara daerah tersebut ada yang baru melonggarkan PSBB untuk memulai fase transisi menuju kehidupan ‘normal baru’ yang sehat dan produktif.

Di antara daerah tersebut adalah Jakarta dan Surabaya. Berikut ulasannya:

Jakarta

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memulai masa transisi PSBB Jakarta menuju new normal pada Jumat (5/6) lalu. “Tansisi dari ketika pembatasan massif menuju kondisi aman, sehat, dan produktif,” katanya saat itu.

Hari itu juga, rumah-rumah ibadah mulai dibuka bertahap dengan pembatasan jamaah maksimal 50% dari kapasitas. Selanjutnya, perkantoran mulai dibuka pada 8 Juni 2020, dan pusat-pusat perbelanjaan mulai buka pada 15 Juni 2020. Semua dengan Batasan pengunjung 50%.

Di sektor transportasi, kendaraan pribadi boleh memenuhi kapasitas penumpang asalkan satu keluarga. Begitu juga ojek online boleh Kembali mengangkut penumpang dengan protokol Kesehatan yang ketat.

(Baca: Jumlah Dokter Paru Terbatas, Pemerintah Fokus Pencegahan Corona)

Bagaimanapun, Gugus Tugas memberi beberapa catatan terkait pentingnya menjaga disiplin saat penerapan normal baru. Di antara kasus yang menjadi perhatian adalah adanya 9 pedagang di Pasar Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil tes swab yang dilakukan pada pekan lalu.

Artinya, protokol Kesehatan di pusat-pusat keramaian harus dijaga betul. Pedagang maupun pembeli harus selalu mengenakan masker, menjaga jarak aman dan rajin mencuci tangan untuk meminimalisir risiko penularan.

Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, kondisi DKI Jakarta saat ini belum aman dari pandemi virus corona. Walaupun, Pandu menilai Jakarta sudah mencapai puncak kurva pandemi.

Menurutnya, masih ada beberapa kegiatan masyarakat di luar rumah yang tidak diatur oleh pemerintah. Hal itu kemudian membuat penumpukan di beberapa moda transportasi. "Sehingga terjadi antrian yang banyak sekali di transportasi publik, nah apakah itu terjadi klaster, ya kita lihat nanti minggu depan atau dua minggu lagi," ujarnya.

KEPADATAN PENUMPANG KRL (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.)

Surabaya

Menyusul Jakarta, Surabaya memulai masa transisi pada 8 Juni 2020. Sebelumnya, PSBB Surabaya Raya juga mencakup wilayah Sidoarjo dan Gresik berlangsung sejak 26 Mei 2020.

Saat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengumumkan masa transisi, ia menyerahkan mandat ke tiga kepala daerah tingkat dua, yakni Wali Kota Surabaya, Bupati Gresik, Plt Bupati Sidoarjo. "Jadi diputuskan PSBB Surabaya Raya selesai pada hari ini sesuai Pergub sejak dimulai dari 26 Mei-8 Juni," kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Senin (8/6) lalu.

Hanya, dalam evaluasi, Gugus Tugas menemukan bahwa disiplin masyarakat masih lemah. Misalnya, banyak warga yang kedapatan tidak mengenakan masker.

(Baca: Setelah Jakarta, Menengok Persiapan PSBB Masa Transisi di Surabaya)

Berdasarkan survei, tercatat 88,2% orang yang nongkrong di warung dan kafe masih tidak  mengenakan masker. Selain itu, 89,3% tidak menerapkan jaga jarak fisik. Sedangkan dalam kegiatan sosial budaya, sebanyak 78,8% orang belum menggunakan masker dan 82% tidak menerapkan jaga jarak fisik.

"Masker ini masih sering diabaikan dan tidak digunakan masyarakat. Ada juga yang menggunakan, tapi tidak sesuai," ungkap Koordinator PSBB di Jatim Heru Tjahjono di Surabaya.

Reporter: Antara