Survei: Sebagian Warga Jakarta Percaya Virus Corona Buatan Manusia

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Ilustrasi, warga berolahraga saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di Jalan Gajah Mada, Jakarta, Minggu (5/7/2020).
Penulis: Rizky Alika
5/7/2020, 16.17 WIB

Koalisi warga LaporCovid-19 bersama Social Resilience Lab, NTU melakukan studi berbasis survei untuk memetakan persepsi risiko warga DKI Jakarta terhadap Covid-19. Hasilnya, 18% responden percaya bahwa virus corona sengaja dibuat oleh manusia.

“Data itu mengkhawatirkan,” kata Sosiolog Bencana sekaligus Associate Professor Nanyang Technological University (NTU), Singapura Sulfikar Amir saat mengikuti webinar LaporCovid-19, Minggu (5/7). Dengan persepsi ini, ia khawatir masyarakat tak berhati-hati akan risiko terpapar corona.

Apalagi skor indeks risiko persepsi Jakarta hanya 3,3 dari skala 5 atau cenderung rendah. Skornya turun 0,16 dibandingkan temuan awal studi LaporCovid-19.

(Baca: Riset: Pengguna Facebook & YouTube Percaya Teori Konspirasi Corona)

Sebanyak 58% dari total 154.471 responden ragu bahwa virus corona merupakan buatan manusia. Hanya 23% yang yakin betul bahwa teori ini salah.

Yang menarik, mereka yang yakin bahwa virus corona merupakan buatan manusia, lebih percaya selebritas atau influencer ketimbang dokter dan pemerintah. Porsinya 24,46%.

Sedangkan yang percaya dokter, hanya 16% yang yakin bahwa virus itu buatan manusia. Lalu, hanya 16,42% dari yang mempercayai pemerintah, yakin jika virus penyebab Covid-19 sengaja dibuat manusia.

(Baca: Sosiolog Sebut Jakarta Berpotensi Besar Hadapi Gelombang Kedua Corona)

Selain itu, 26% responden percaya bahwa Indonesia aman dari pandemi corona karena beriklim tropis. Sebanyak 45% tidak percaya, dan sisanya 28% ragu.

"Data itu mungkin ada kaitannya dengan beberapa komentar pejabat pemerintah yang mengatakan Covid-19 akan reda ketika musim panas tiba," ujar dia.

Sebagai informasi, studi itu dilakukan selama 29 Mei hingga 20 Juni. Ada 200 ribu lebih responden yang terlibat. Namun, setelah uji validitas, hanya 154.471 responden yang dianggap valid.

Survei dilakukan secara online melalui platform Qualtrics yang disebar lewat WhatsApp kepada warga Jakarta. Metodenya Quota Sampling, berdasarkan variabel penduduk per kelurahan.

Penyebaran survei dilakukan melalui jaringan Palang Merah Indonesia (PMI), Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta, beberapa camat, dan Jaringan komunitas warga. (Baca: WHO: Hanya Jakarta yang Penuhi Standar Minimum Tes Corona di Jawa)

Studi itu menggunakan tiga metode analisis. Pertama, statistik deskriptif untuk mendapatkan gambaran demografi responden dan informasi dasar terkait variabel studi.

Kedua, analisis Spearman rho untuk mengukur korelasi antar-variabel dan faktor demografi. Terakhir, formulasi pengukuran indeks persepsi risiko untuk mengukur kecenderungan umum dari persepsi risiko responden terhadap situasi pandemi.

Ada enam variabel yang dimasukkan yakni Risk Perception, Self-Protection, Information, Knowledge, Social Capital, dan Economy. (Baca: Survei: Warga DKI Jakarta Belum Siap Terapkan Normal Baru)

Reporter: Rizky Alika