Pemerintah saat ini sedang mendorong penelitian untuk menemukan vaksin virus corona atau Covid-19. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan Indonesia tertinggal dengan negara lain dan masih sangat tergantung dengan hasil riset negara lain dalam upaya menemukan vaksin virus corona.
"Riset (vaksin virus corona) dari negara lain itu mungkin lebih dahulu. Kita sangat tergantung kepada mereka," kata Kalla dalam diskusi virtual, Rabu (8/7).
Kalla menekankan pentingnya kemajuan ilmu pengetahuan untuk membebaskan diri dari ketergantungan dengan negara lain. "Semuanya itu harus jadi kesadaran kita," kata Kalla.
(Baca: Pemerintah Targetkan Vaksin Corona RI Produksi Massal Pertengahan 2021)
Pemerintah menargetkan vaksin corona yang dikembangkan di dalam negeri bisa diproduksi massal pertengahan 2021. Saat ini kandidat antibodi di dalam negeri dalam proses menjalani delapan dari total 15 tahapan sebelum diproduksi.
Beberapa lembaga penelitian seperti PT Bio Farma yang menggandeng Lembaga Biomolekuler Eijkman, serta PT Kalbe Farma sedang mengembangkan vaksin Covid-19. Namun belum diketahui hingga saat ini siapa yang memimpin perlombaan tersebut.
“Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi Ali Ghufron Mukti memprediksi vaksin diproduksi massal pertengahan 2021,” kata anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (7/7).
Reisa juga mengatakan ada perusahaan dalam negeri yang menggandeng pihak Korea Selatan untuk mengembangkan vaksin corona. Hal ini disebutnya positif lantaran masyarakat dunia bergotong royong untuk menyelesaikan pandemi. “Vaksin dari negara lain juga aka nbermanfaat untuk kekebalan tubuh,” ujarnya.
Nantinya vaksin akan diprioritaskan penggunaannya bagi orang yang rentan terkena Covid-19. Mereka adalah masyarakat lanjut usia serta yang memiliki penyakit penyerta. “Ada saudara-saudara kita yang perlu perlindungan dari Covid-19,” kata Reisa.
Adapun dari beberapa negara dan lembaga penelitian dunia menyatakan akan menyebarkan vaksin virus corona pada akhir 2020. Dari data organisasi kesehatan dunia (WHO), hingga 2 Juli tercatat ada 147 kandidat antivirus yang bersaing untuk uji coba.
Dari angka tersebut, 18 dalam proses evaluasi klinis, sedangkan 129 masih dalam tahap praklinis. Kandidat yang paling maju tahapannya adalah antivirus Universitas Oxford yang bekerja sama dengan raksasa farmasi AstraZeneca. Saat ini vaksin bernama ChAdOx1-S itu sedang memasuki uji klinis fase ketiga dengan pengujian kepada populasi di Brazil.
(Baca: Kalung Eucalyptus dan Upaya Melawan Corona Lain yang Jadi Kontroversi)