Efek Kasus Secapa AD, Pemerintah Awasi Penularan Corona di Asrama

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/aww.
Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat, Kamis (14/5/2020). Usai ledakan kasus Secapa AD, Pemerintah akan mengawasi penularan corona di asrama.
15/7/2020, 14.36 WIB

Pemerintah akan mengawasi penerapan protokol kesehatan yang ketat di asrama. Pasalnya, kegiatan di tempat tinggal sementara tersebut memiliki potensi penularan virus corona yang tinggi.

Sebelumnya ledakan kasus corona terjadi di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) Bandung, Jawa Barat. Total ada 1.280 orang yang terinfeksi Covid-19 di lembaga pendidikan milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga Sabtu (11/7).

“Untuk kegiatan-kegiatan ini kan bentuknya seperti asrama. Ini akan memiliki kondisi yang sama dengan Secapa AD,” kata Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu (15/7).

(Baca: Rekor 962 Kasus Baru Corona di Jabar, Dipicu Klaster Secapa AD )

Dewi mengatakan, potensi penularan corona di asrama cukup tinggi karena ada banyak orang yang berkumpul di satu tempat secara bersamaan. Selain itu sirkulasi udara di bangunan tersebut belum tentu terjaga dengan baik lantaran ruangan tertutup. “Ini akan mempengaruhi laju penularan. Satu terinfeksi, dengan cepat langsung menyebar,” kata Dewi.

Dia meminta agar proses karantina langsung dilakukan jika ditemukan satu kasus positif di asrama. Tak hanya pasien dengan gejala, namun isolasi perlu dijalankan kepada orang tanpa gejala (OTG). “Isolasi mandiri penting sekali, meski tidak punya gejala atau gejalanya hanya ringan,” kata Dewi.

Lebih lanjut, Dewi menekankan pentingnya menjaga daya tahan tubuh agar tak rentan ketika terinfeksi corona. Dia mencontohkan dari kasus klaster Secapa AD, hanya 17 dari 1.280 siswa yang memiliki gejala ringan saat terserang Covid-19. “Daya tahan tubuh berperan penting bagi semua jika ingin mengalahkan penyakit ini,” kata dia.

Klaster Secapa AD menyumbang rekor lonjakan 2.657 kasus corona yang dilaporkan pemerintah hari Kamis (9/7). Bahkan Provinsi Jawa Barat saat itu menyumbang kenaikan tertinggi yakni 962 infeksi baru.

(Baca: 4 Klaster Baru Penyumbang Lonjakan Kasus Corona di Indonesia)

Reporter: Dimas Jarot Bayu