Pemerintah Setop Pengumuman Lisan, Data Corona Bisa Diakses di Website

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (21/7/2020). Wiku mengatakan pemerintah tidak menutupi data kasus baru corona.
24/7/2020, 12.59 WIB

Pemerintah tidak lagi mengumumkan secara lisan perkembangan kasus virus corona setiap hari. Meski begitu, pemerintah tetap akan menyampaikan data terbaru pandemi ini kepada publik.

Juru bicara Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, mereka tetap berupaya transparan dalam penanganan kasus corona saat ini. Pengumuman kasus corona tetap disampaikan kepada publik seperti biasa.

Namun, angka hasil penanganan akan disampaikan melalui laman www.covid19.go.id/peta-sebaran. “Tidak ada maksud untuk menutup-nutupi data,” kata Wiku dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (24/7).

Data kasus corona yang ada di laman tersebut bakal dimutakhirkan setiap pukul 16.00 WIB setiap harinya. Pembaruan data ini juga bergantung kepada pengiriman data dari Kementerian Kesehatan yang bertugas melakukan verifikasi.

“Di situ kami menyampaikan perkembangan kasus yang bisa diakses oleh masyarakat dan media tentang keadaan terkininya,” kata Wiku.

Pemerintah juga tengah berupaya agar data kasus corona yang didapatkan bisa diakses secara real time. Namun Wiku mengatakan bahwa hal ini masih membutuhkan waktu yang lama lantaran kendala pengumpulan informasi dari daerah.

Selain itu ada pula kendala proses verifikasi data dari Kementerian Kesehatan membutuhkan waktu lebih lama. “Karena kami harus mampu untuk membuat sistem pendekatan data terintegrasi yang bisa diterima oleh berbagai pihak termasuk Kemenkes,” kata Wiku.

Sebelumnya, peniadaan pengumuman kasus corona secara lisan dikritik sejumlah pakar. Pasalnya, hal tersebut dikhawatirkan membuat tingkat kewaspadaan masyarakat turun dan mengabaikan protokol kesehatan.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman berpendapat, pengumuman perkembangan kasus corona hanya melalui situsweb tidak tepat. Sebab, tidak semua orang di Indonesia memiliki akses dan literasi internet yang mumpuni.

"Ini mengingat setengah dari jumlah penduduk Indonesia masih berpendidikan SMP ke bawah," kata Dicky, kepada Katadata.co.id, Rabu (22/7).

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra juga menilai peniadaan pengumuman kasus Covid-19 secara lisan tak tepat. Apalagi masyarakat Indonesia memiliki tipologi pendengar dan penyimak.

Menurutnya Hermawan tak banyak masyarakat Indonesia yang punya tipologi pembaca dan pencari tahu. Alhasil, pengumuman kasus corona secara lisan akan lebih efektif ketimbang hanya dipaparkan di situsweb.

"Kalau pengetahuan minim, perilakunya bisa salah. Kalau perilakunya salah, perubahan yang diinginkan tidak akan tercapai," kata Hermawan.

Reporter: Dimas Jarot Bayu