Salip RI, Jumlah Kasus Corona Filipina Tertinggi di Asia Tenggara

ANTARA FOTO/REUTERS/Eloisa Lopez/AWW/dj
Pria merokok di sebelah mural virus corona (COVID-19) di Kota Quezon, Metro Manila, Filipina, Kamis (30/7/2020). Jumlah kasus corona Filipina pada Kamis (6/8) menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.
6/8/2020, 17.36 WIB

Indonesia tidak lagi menjadi negara dengan urutan teratas di Asia Tenggara dalam jumlah kasus positif virus corona. Hal ini lantaran Filipina telah menyalip posisi RI dengan 119.460 pasien positif Covid-19.

Dari laman Worldometers, jumlah kasus corona di negara tersebut bertambah 3.561 orang pada hari Kamis (6/8). Sedangkan angka positif Covid-19 Indonesia naik 1.882 menjadi 118.753 kasus.

Singapura berada di posisi tiga ASEAN dengan 54.555 kasus. Otoritas setempat melaporkan ada 301 kasus baru Covid-19 hari ini. Di peringkat empat ada Malaysia yang melaporkan 9.023 kasus. Sedangkan Thailand berada di bawahnya sebanyak 3.330 kasus positif.  

Presiden Rodrigo Duterte beberapa hari lalu telah menetapkan karantina di Manila dan empat provinsi lain di Luzon. Padahal mereka sempat memberlakukan lockdown ketat di wilayah yang sama dari Maret hingga Mei.

Kenaikan kasus corona di Filipina sejalan dengan semakin masifnya tes di negara tersebut. Dari laman Worldometers, angka tes di sana telah mencapai 1.643.624 sampel atau di atas RI yakni 1.633.156.

Padahal  pekan lalu jumlah uji spesimen Covid-19 Indonesia masih di atas Filipina. Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan lantas menyoroti kemampuan tes di Indonesia yang masih belum memadai.

Iwan mengatakan saat ini hanya DKI Jakarta yang mampu menggelar tes sesuai standar organisasi kesehatan dunia (WHO) yakni 1.000 tes per sejuta penduduk. “Provinsi lain belum ada yang mencapai itu, begitu juga nasional,” kata Iwan kepada Katadata.co.id, Rabu (5/8).

Selain itu pemerintah disebutnya sempat salah mengambil kebijakan tes massal (rapid test). Padahal metode ini tidak pernah direkomendasikan WHO. Demi mengejar jumlah tes, Iwan menyarankan uji Covid-19 berbasis pooling segera dilakukan.

Tes ini mengambil sampel dari jumlah penduduk yang dianggap berisiko terkena corona. Sebelumnya tes hanya dilakukan terbatas pada orang yang menunjukkan gejala atau bersinggungan dengan pasien Covid-19.

Metode ini disebutnya dapat memacu jumlah pengujian dan mendeteksi kasus lebih besar. “Pemerintah harus dorong pooling test supaya jumlahnya tercapai. Kemudian tidak sibuk lagi dengan rapid test,” katanya.