Di Tengah Corona, Potensi Kebakaran Hutan Masih Ancam Enam Provinsi

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.
Pemadaman kebakaran lahan gambut di Desa Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Kamis (2/7/2020). Yayasan Madani Berkelanjutan menyebut enam provinsi masih diintai ancaman karhutla tahun 2020.
13/8/2020, 14.21 WIB

Pemerintah mendapatkan tantangan baru di tengah merebaknya pandemi virus corona yang belum usai. Memasuki musim kemarau, kebakaran hutan berpotensi terjadi lagi di enam provinsi tahun ini.

Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan Teguh Surya mengatakan enam provinsi yang berpotensi mengalami kebakaran hutan yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Data ini didapatkan dari analisis jejak kebakaran yang terjadi dalam lima tahun terakhir. “Sudah berlangsung lebih dari 30 tahun dan selalu berulang ketika musim kemarau tiba," kata Teguh dalam webinar Katadata Forum 'Ancaman Kebakaran Hutan di Tengah Pandemi' di Jakarta, Kamis (13/8).

 Menurut dia, selama ini kebakaran hutan kerap terjadi berada pada lahan gambut sehingga sulit dipadamkan. Sebab, titik api tidak terlihat dan kedalamannya bisa mencapai puluhan meter dari permukaan tanah.

Berdasarkan catatannya, Teguh menyebutkan pada periode bulan Juli - Agustus tahun ini telah terjadi peningkatan signifikan kebakaran hutan dari 646 hektare (ha) menjadi 2.500 ha. Total lahan yangterbakar mencapai 64.600 ha. "Kita tidak dalam situasi yang baik-baik saja," kata dia.

Teguh menjelaskan, bencana kebakaran hutan yang terus terjadi disebabkan pemerintah yang setiap tahun pasif menunggu ada kebakaran sebelum bertindak. Padahal, upaya ini terbukti tidak efektif.

Seharusnya pemerintah lebih memperkuat upaya restorasi lahan gambut agar tetap basah ketika musim kemarau, memperkuat pengawasan pemerintah daerah terhadap titik rawan api (hotspot). "Persoalannya sama tindakannya sama, makanya progres begitu lambat dan perlu terobosan baru," kata dia.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto