Pemerintah berencana membangun wisata medis atau medical tourism di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kemandirian bangsa dalam penanganan penyakit serta mempertimbangkan besarnya potensi pasar yang dimiliki pada industri kesehatan.
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan dari data PricewaterhouseCoopers (PwC), pada 2015 sebanyak 600 ribu Warga Negara Indonesia (WNI) memilih berobat ke luar negeri. Sedangkan negara lain semodel Thailand, Singapura, dan Malaysia bisa memanfaatkan peluang ini dengan menggarap wisata kesehatan.
Adanya sektor wisata kesehatan mendatangkan keuntungan sebesar US$ 4,3 miliar atau setara Rp 63 triliun bagi Thailand, dan sekitar US$ 3,5 miliar atau Rp 51,7 triliun bagi Singapura. Bahkan, jumlah pasien dari luar negeri di Thailand mencapai 2,5 juta pasien dan 850 ribu orang di Singapura.
"Beberapa negara di Asia seperti Thailand, Singapura, India, Malaysia, dan Korea Selatan juga sedang mengembangkan wisata medis," kata melalui siaran pers yang diterima Katadata.co.id, Selasa (18/8).
Sedangkan rata-rata masyarakat RI mengeluarkan US$ 11,5 miliar atau setara 169,8 triliun per tahun untuk menjalani pengobatan di negara lain. Umumnya mereka melakukan berobat ke negara-negara dengan yang memiliki keahlian khusus dalam menangani penyakit.
Banyaknya pasien yang memilih berobat di luar negeri disebabkan oleh kurangnya mutu pelayanan dan pengawasan kesehatan di dalam negeri. Selain itu, ketepatan diagnosis, canggihnya teknologi, serta reputasi rumah sakit menjadi pertimbangan masyarakat Indonesia untuk berobat ke negara lain.
Kerangka kerja untuk menyiapkan industri wisata medis diawali dengan pembangunan rumah sakit internasional dan mendatangkan dokter spesialis dari luar negeri. Nantinya, dokter asing yang bekerja hanyalah spesialis yang belum ada di Indonesia.
Kerangka tersebut saat ini masih dalam tahap kajian bersama dengan Kementerian dan Lembaga terkait, serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Tak hanya itu, kerja sama dengan rumah sakit dari negara-negara yang menyumbangkan wisatawan terbanyak ke Indonesia akan dilakukan seperti Australia.
"Jadi orang Indonesia bisa mendapat pelayanan medis yang lebih baik dan wisatawan luar negeri juga bisa lebih banyak yang datang ke sini untuk berobat," kata Jodi.
Adapun beberapa keuntungan dari upaya tersebut yakni adanya diversifikasi ekonomi, meningkatkan daya tarik investasi luar negeri dan penyediaan lapangan pekerjaan. Selain itu layanan kesehatan akan membaik ke depannya.
"Untuk mendukung industri tersebut, dukungan pemerintah sangat diperlukan melalui promosi masif serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya,” kata Jodi.