Adu Kreatif dan Strategi Pebisnis Muda Bertahan di Tengah Pandemi

East Ventures
Gerai Fore Coffee sebelum masa pandemi.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Yuliawati
18/8/2020, 21.58 WIB

Para pengusaha muda memiliki strategi bertahan di tengah pandemi corona. Penjualan yang tergerus selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat mereka harus lebih kreatif mempertahankan bisnis.

CEO Fore Coffee Elisa Suteja mengatakan sebelum pandemi sebanyak 70% dari total pendapatan Fore berasal dari penjualan di gerai. Dengan adanya PSBB, seluruh bisnis Fore bergantung pada layanan antar.

Fore juga sempat mengalami penurunan penjualan hingga 50% dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 pada Mei lalu. Untuk mempertahankan penjualan, Fore membuat penyesuaian bisnis dengan membuat produk kopi dalam kemasan berukuran 1 liter.

"Potensinya besar di sini jadi fokus di sana dan hasilnya menyenangkan," kata Elisa dalam Webinar Katadata bertajuk SDG Virtual Talks International Youth Day "Bisnis, SDG, dan Generasi Muda di Masa Pandemi", Selasa (18/8).

Ide tersebut tercetus dari hasil diskusi bersama dengan pengusaha kopi. Sebagian besar pengusaha tersebut juga melakukan transisi pada konsumsi rumahan.

Seiring dengan hal tersebut, penjualan Fore melalui layanan pesan antar memiliki porsi 50%. Selebihnya, penjualan Fore juga didukung oleh penjualan di toko.

Co-founder BerdayaKrui Ade Safrina mengatakan, pandemi Covid-19 turut berdampak pada resor, vila, dan kemah selancar di Krui, Lampung. Sebelum pandemi, okupansi diisi oleh  90%  Warga Negara Asing (WNA), terutama dari Australia.

Saat pandemi, tingkat keterisian hunian hanya mencapai 20% dari total kapasitas hunian pada Maret dan April.

Meski begitu, pihaknya telah menyusun strategi untuk bertahan di tengah pandemi. Hal ini dilakukan dengan mengubah target pasar dari wisatawan mancanegara menjadi wisatawan lokal. "Kami mulai menuju target lokal dari Sumatra, orang-orang Bandar Lampung, ada juga dari Jakarta," ujar dia.

Selain itu, ia juga mengubah paket wisatawan selancar menjadi paket yang diminati oleh warga lokal. Transisi target pasar ini telah dimulai sejak Mei lalu.

Seiring dengan hal tersebut, okupansi di Krui meningkat menjadi kisaran 50-60%. "Jadi pandemi mengubah kebiasaan pariwisata," ujar dia.

CEO Citibank Batara Sianturi mengatakan pemuda memiliki peran dalam mendorong pengembangan yang berkelanjutan di Indonesia. Sebab, 70% ekonomi Indonesia dikuasai bisnis kecil yang digerakkan oleh anak muda. "Generasi muda membawa kreativitas sifatnya destruktif namun inovatif," ujar dia.

Menurutnya, hal tersebut terbukti dari menjamurnya start up di Indonesia. Pada 2019, lebih dari 1.300 start up tumbuh. Lima di antaranya telah menjadi unicorn di Asia Tenggara, yaitu perusahaan rintisan atau startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari US$ 1 miliar.

Oleh karena itu, Citi Foundation bergabung dengan United Nations Development Programme (UNDP) untuk membentuk Youth Co: Lab. Program ini dilakukan untuk berdayakan dan berinvestasi pada kaum muda. "Jadi akan mempercepat implementasi SDGs (Sustainable Development Goals) kewirausahaan," ujar dia.

Reporter: Rizky Alika