Impor Konsentrat Bisa Percepat Pemerintah Sediakan Vaksin Covid-19

ANTARA FOTO/Aditya Pradana PutrA/pras.
Ilustrasi peneliti mengamati ekstrak bahan alam untuk imunomodulator (peningkat imun tubuh) bagi pasien COVID-19 di Laboratorium Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020).
Editor: Ekarina
24/8/2020, 20.36 WIB

Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok Sinovac Biotech Ltd mengimpor 50 juta dosis konsentrat atau bulk vaksin corona  ke Indonesia. Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Bidang Kemahasiswaan Unika Soegijapranata Semarang, Sugeng Ibrahim mengatakan, hal tersebut salah satu cara yang diambil pemerintah untuk mempercepat pengembangan vaksin virus corona

Pasalnya, pengembangan vaksin secara mandiri membutuhkan waktu yang cukup panjang. Sedangkan, konsentrat vaksin tersebut telah lolos uji klinis fase pertama dan kedua.

Sehingga dengan kerja sama itu, PT Bio Farma yang akan memproduksi vaksin hanya perlu melakukan pengujian fase ketiga untuk mengetahui tingkat efektivitasnya dan berapa banyak dosis yang dibutuhkan.

"Saya melihat ini satu pilihan yang harus diambil pemerintah untuk menangani wabah," kata Sugeng dalam diskusi dengan Trijaya FM, Senin (24/8).

Upaya untuk mengimpor bulk vaksin sebanyak 50 juta dosis diperkirakan tidak dapat dilakukan secara keseluruhan atau bersamaan. Prosesnya kemungkinan berlangsung bertahap, yang akan dimulai pada November sebanyak 10 juta dosis.

Dengan demikian, pada bulan Maret 2021 seluruh vaksin yang dipesan baru akan sampai di Tanah Air. "Vaksin ini terdiri dari dua dosis, jadi kalau kita dapat 50 juta hanya dapat memenuhi 25 juta dosis," katanya.

Kendati telah sampai, uji coba vaksin fase ketiga hingga tahap produksi massal setidaknya masih membutuhkan waktu sembilan hingga 12 bulan. Proses tersebut menurutnya tak bisa dipercepat sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang menargetkan dapat diproduksi pada awal tahun depan.

"Kita tidak bisa biarkan ada jeda waktu terlalu lama tanpa ada tindakan memberikan imunitas kepada warga," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac Universitas Padjajaran (Unpad) Sunaryati Sudigdoadi menjelaskan uji coba vaksin fase ketiga terus dilakukan sejak tanggal 11 Agustus lalu. Hingga Sabtu (22/8) telah terkumpul 1.800 relawan vaksin yang mendaftar.

Pada minggu pertama sebanyak 120 relawan telah mendapatkan vaksinasi untuk mengetahui tingkat efektivitasnya. "Relawan yang masuk di dalam uji klinis yang akan melakukan vaksinasi itu harus tidak mengandung atau tidak terinfeksi virus corona," kata dia. 

Sunaryati menjelaskan, setiap relawan yang telah memperoleh vaksin akan terus dipantau kondisi kesehatannya setiap dua pekan sekali. Prosesnya yakni titik nol dilakukan saat awal pemeriksaan menggunakan metode test polymerase chain reaction atau PCR dan swab test untuk memastikan tidak terinfeksi virus.

Setelah dinyatakan negatif, titik satu yakni saat proses pemberian vaksin. Kemudian titik dua yakni 14 hari setelah disuntik vaksin relawan akan datang kembali melaporkan kondisinya.

"Kami harus melakukan pemeriksaan kesehatan dalam setiap kali suntik," katanya.

Seperti diketahui, pemerintah tengah mengembangkan vaksin virus corona dari perusahaan Tiongkok, Sinovac Biotech untuk dilakukan uji klinis tahap ketiga oleh Bio Farma. Perusahaan juga dikabarkan akan mengimpor kandidat vaksin lainnya dari Inggris untuk diuji coba.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memperkirakan pemerintah membutuhkan dana hingga US$ 4,5 miliar atau Rp 66 triliun untuk menyuntikkan vaksin kepada 160 hingga 190 juta penduduk Indonesia. Erick berharap distribusi tahap pertama vaksin dapat dilakukan pada Januari hingga Februari 2021. 

Pemberian vaksin perlu dilakukan dua kali dengan kisaran harga US$ 15 per vaksin.

"Kalau harganya US$ 15 per vaksin, jadi berapa? Anggap imunisasi 300 juta kali dengan US$ 15 per vaksin, berarti sudah US$ 4,5 miliar," katanya beberapa waktu lalu.

Tak hanya di Indonesia, sejumkah negara di dunia tengah berlomba-lomba mengembangkan vaksin virus corona. Dengan ditemukannya vaksin dan obat corona ini, mereka berharap penyebaran wabah virus ini bisa dikendalikan. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 188 kandidat vaksin untuk menyembuhkan virus corona per Senin (10/8). Rinciannya, sebanyak 139 vaksin masih dalam tahap pra-klinis atau masih diuji coba ke hewan.

Kemudian, ada 25 vaksin pada fase I, 17 vaksin pada fase II, dan tujuh vaksin pada fase III. Perbedaan pada setiap tahap adalah jumlah orang yang diuji coba dengan vaksin tersebut. Fase pertama hanya melibatkan sejumlah orang, sementara fase ketiga sampai ribuan orang.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto