Sri Lanka akan melarang impor sebagian besar produk plastik untuk melindungi gajah dan rusa liar yang mati karena memakan limbah. Meski begitu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas), Fajar Budiyono, menilai larangan tersebut tak berdampak pada ekspor Indonesia.
Ia menyebutkan produk plastik Sri Lanka didominasi produk dari India dan Timur Tengah. "Ekspor bahan baku plastik tidak ada yang ke Sri Lanka jadi impact-nya kecil. Permintaan dan daya beli Sri Lanka juga rendah," kata Fajar saat dihubungi Katadata.co.id, Sabtu (29/8).
Menurutnya, Sri Lanka akan memiliki nasib yang serupa dengan Bangladesh. Sebelumnya, Bangladesh melarang penggunaan kemasan plastik. Namun, negara tersebut kesulitan mencari bahan pengganti plastik.
Bangladesh sempat menggunakan spunbond untuk menggantikan plastik. Namun, limbah spunbond sulit diatasi.
Kemudian, negara tersebut menggunakan serat rami sebagai penggantinya. Namun, Bangladesh tidak mampu membeli rami karena harganya yang mahal. Oleh karena itu, Bangladesh kembali memakai plastik meski ada aturan yang melarang penggunaan produk itu.
"Silakan larang, tapi ada produk penggantinya tidak?" ujar dia.
Ia pun menyebut kebijakan pengurangan produk plastik seharusnya mencontoh negara-negara di Eropa. Benua Biru tersebut mengeluarkan insentif pajak untuk produk plastik daur ulang.
Dengan aturan tersebut, manajemen sampah menjadi hal yang penting. Selain mengurangi limbah, upaya tersebut juga memberikan nilai tambah ekonomi.
Adapun, sebagian besar produk plastik Indonesia diekspor ke Tiongkok, Bangladesh dan India. Pada 2019, total ekspor plastik kemasan ukuran besar mencapai 80 ribu ton.
Fajar menambahkan, ekspor produk plastik harus ditingkatkan selama pandemi Covid-19 untuk mempertahankan utilitas industri. Sebab, produk plastik tersebut tidak terserap di dalam negeri.
"Kami ekspor seperti Polypropylene, PVC juga ekspor," katanya.
Melansir dari AFP, plastik yang berada di tempat pembuangan sampah telah menjadi pembunuh utama gajah. Hasil otopsi menunjukkan adanya beberapa kilo plastik di dalam perut hewan yang mati setelah mengobrak-abrik tempat pembuangan sampah.
Menteri Lingkungan Hidup Sri Lanka Mahinda Amaraweera mengatakan ia sedang merancang undang-undang untuk menghentikan impor barang-barang plastik. Larangan impor tersebut termasuk plastik yang berakhir di tempat pembuangan sampah.
Para pejabat Sri Lanka menambahkan beleid tersebut akan diterbitkan dalam beberapa bulan ke depan. Sebelumnya, Sri Lanka juga melarang pembuatan atau impor plastik non-biodegradable untuk membungkus makanan dan tas belanja sejak 2017.
"Plastik menyebabkan kerusakan yang tak terhitung pada satwa liar kami - gajah, rusa dan hewan lainnya," kata Amaraweera kepada AFP.