Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan hasil uji klinis fase III vaksin Covid-19 ditargetkan akan diumumkan pada bulan depan. Selanjutnya, pemerintah akan menyiapkan protokol vaksinasi.
“Untuk uji klinis di Bandung akan diinfokan hasilnya pada pertengahan Oktober 2020,” katanya di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo merilis payung hukum berupa Peraturan Presiden (Perpres) tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi. Regulasi tersebut mengatur secara lengkap proses pengadaan, pembelian dan distribusi vaksin, serta pelaksanaan vaksinasi/pemberian imunisasi.
Selanjutnya, lanjut dia, yang segera diselesaikan adalah pengaturan protokol pelaksanaan vaksinasi. Saat ini, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan Peta Jalan Rencana Nasional Pelaksanaan Pemberian Imunisasi Covid-19.
“Roadmap ini akan mengatur secara lengkap pelaksanaan vaksinasi, termasuk menyiapkan timeline dan tahapan pemberian imunisasi. Rencananya roadmap akan diselesaikan dan dilaporkan pada rapat pleno pekan depan,” ujar Airlangga.
Selain itu, akan disusun juga Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) sebagai turunan dari Perpres Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi.
Permenkes itu, menurut Airlangga, akan mengatur mengenai penetapan jumlah dan jenis vaksin, pengadaan vaksin, pembelian vaksin, penetapan kriteria dan prioritas penerima dan prioritas wilayah, hingga petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi.
“Critical time-nya adalah tiga bulan (sampai Desember 2020). Kita harus menjaga, jangan sampai ada lonjakan ekstrim dan kondisi tidak normal, sebelum vaksinasi mulai dilakukan,” kata Airlangga.
Sementara itu, pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Daerah sudah dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kepala Satgas Penanganan Covid-19.
Selain itu, telah ada penandatanganan MoU antara Menkes dengan UNICEF yang disaksikan Menteri BUMN dan Menteri Luar Negeri tentang pengadaan vaksin dengan skema multilateral.
Hasil survei perusahaan riset Ipsos menunjukkan sebanyak 74% responden yang tersebar di 27 negara akan menggunakan vaksin Covid-19 jika telah tersedia. Berikut rinciannya di Databoks:
Vaksinasi di Luar Negeri
Sebelumnya, otoritas Kesehatan Rusia telah memberikan izin penggunaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Institut Gamaleya Moskow sejak Agustus 2020 lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim negaranya adalah yang paling pertama mendapatkan vaksin virus corona di dunia.
Putin mengatakan vaksin tersebut aman untuk digunakan sebagai penangkal Covid-19. Bahkan dia menyatakan putrinya telah diinjeksi serum antivirus terbaru itu dan berdampak positif. "Ini bekerja cukup efektif, membentuk kekebalan yang kuat dan saya ulangi, ia telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan," kata Putin dilansir dari Reuters, Selasa (11/8) lalu.
Pemerintah Rusia kini mulai mendistribusikan vaksin yang dinamai Sputnik V tersebut di wilayahnya.
Progres pembuatan vaksin corona di Rusia berjalan sangat cepat, hanya dua bulan. Namun hal ini menimbulkan keraguan beberapa pihak mengenai keamanannya. Apalagi, persetujuan pemerintah Rusia diberikan ketika kandidat vaksin ini masih menjalani uji coba.
Menyusul Rusia, Uni Emirat Arab melompati tahapan uji klinis dalam pengembangan vaksin corona. Uni Emirat Arab (UAE) pada Senin (14/9) merilis izin darurat penggunaan vaksin Covid-19 untuk petugas kesehatan.
Vaksin yang digunakan adalah hasil pengembangan perusahaan farmasi milik Tiongkok, Sinopharm. "Vaksin akan tersedia untuk para pahlawan pertahanan di lini terdepan kita yang paling berisiko tertular virus," kata National Emergency Crisis and Disaster Management Authority (NCEMA) di Twitter.
Izin ini dikeluarkan setelah uji klinis tahap ketiga vaksin baru berjalan enam pekan, dari idealnya enam bulan. Sebelumnya, uji vaksin oleh NCEMA diberlakukan pada 31 ribu relawan sejak akhir Juni 2020.
Pengumuman itu muncul di tengah peningkatan kasus Covid-19 di Uni Emirat Arab, yang melaporkan 1.007 kasus baru pada Sabtu (12/9) lalu. Angka itu merupakan jumlah tertinggi sejak awal pandemi. Pada Senin (14/9) kemarin, negara itu mencatat 777 kasus tambahan.
Menurut NCEMA dari hasil uji sejauh ini, efek ringan dan efek samping diperkirakan muncul, namun tidak parah. NCEMA menambahkan bahwa seribu orang dengan penyakit kronis yang menjalani uji coba vaksin Sinopharm juga tidak mengalami komplikasi.
Sebelum diuji coba secara besar-besaran di Uni Emirat Arab, vaksin Sinopham telah melalui uji klinis Tahap I dan II di Tiongkok. Hasilnya, 100% partisipan menghasilkan antibodi setelah diberikan dua kali suntikan dengan rentang 28 hari. Tiongkok juga telah menyuntikkan vaksin kepada sebagian petugas kesehatan di daerah-daerah berstatus zona merah.