Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan teknologi alat deteksi Covid-19 melalui embusan nafas yang diberi nama GeNose. Alat tersebut telah diserahterimakan kepada Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek/BRIN) pada Kamis (24/9).
Alat deteksi Covid-19 hasil pengembangan para peneliti UGM itu memiliki kemampuan mendeteksi virus corona kurang dari dua menit. “Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi,” kata anggota tim peneliti GeNose, Kuwat Triyono, dalam situs ugm.ac.id pada Jumat (25/9)
Selain cepat medeteksi dan memiliki akurasi tinggi, penggunaan alat tersebut jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan tes usap PCR. Itu lantaran satu unit GeNose yang diperkirakan seharga Rp40 juta dapat digunakan untuk 100 ribu pemeriksaan.
“Untuk saat ini kemampuan produksi optimum sekitar 50 ribu unit per bulannya,” ujarnya.
Peneliti GeNose lainnya, Dian Kesumapramudya Nurputra, memaparkan GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19, yang keluar melalui embusan nafas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya, diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).
GeNose telah melalui uji profiling dengan menggunakan 600 sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro di Yogyakarta. Hasil uji tersebut menunjukkan tingkat akurasi tinggi hingga 97 persen.
Setelah melalui uji klinis tahap pertama, saat ini GeNose tengah memasuki uji klinis tahap kedua. Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro, mengapresiasi alat deteksi Covid-19 lewat embusan nafas yang dikembangkan oleh tim peneliti UGM.
Dia mengatakan pihaknya siap mendukung uji klinis lanjutan GeNose. “Risetl/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 siap memberikan dukungan upaya finalisasi GeNose dalam bentuk dukungan uji klinis tahap 2,” kata Bambang.
Dia berharap GeNose bisa segera dimanfaatkan secara masif oleh masyarakat. Dia menargetkan alat tersebut bisa digunakan setidaknya pada Desember 2020.
“Jika sudah uji klinis dan mendapat ijin edar dari Kemenkes, pastikan alat disampaikan pada Satgas bisa menjadi alat tes untuk membantu upaya Indoensia meningkatkan rasio testing,”ujarnya.