Pakar Kesehatan: Tidak Mudah untuk Distribusi Vaksin Covid-19

ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter/AWW/dj
Penulis: Doddy Rosadi - Tim Riset dan Publikasi
25/10/2020, 12.02 WIB

Dunia ilmu pengetahuan telah mengalami kemajuan pesat dalam menciptakan vaksin Covid-19. Paling cepat, awal Desember 2020 telah keluar persetujuan untuk minimal satu vaksin yang bisa menjadi obat untuk virus yang telah menyebabkan pandemi di seluruh dunia.

Dilansir dari laman USAToday, Direktur National Institutes of Health Francis Collins mengatakan, paling lambat pada akhir tahun ini akan ada satu vaksin yang dianggap aman dan efektif.

Namun, akan ada masalah baru yang muncul ketika vaksin tersebut telah mendapatkan persetujuan yaitu cara untuk mendistribusikan vaksin. Karena tidak mudah untuk mendistribusikan vaksin sesuai dengan harapan masyarakat.

Prioritas utama dari vaksin Covid-19 adalah pekerja kesehatan dan kelompok manusia usia lanjut (manula).  Dua kategori itu berjumlah 150 juta orang di Amerika. Karena itu, untuk bisa mendistribusikan ke seluruh warga Amerika tidak cukup hanya dengan satu vaksin yang sudah disetujui.

“Paling tidak harus ada tiga vaksin yang disetujui agar bisa didistribusikan ke seluruh warga Amerika,” kata ahli vaksin Paul Offit.

Permasalahan lain yang harus segera dipecahkan adalah apakah vaksin tersebut cocok untuk kelompok manula. Karena, dari sejumlah studi ditemukan bahwa vaksin yang satu lebih cocok untuk manula dibandingkan vaksin yang lain.

“Sangat sulit untuk mendapatkan vaksin yang cocok untuk bisa disuntikkan kepada orang yang tepat dalam waktu singkat,” jelas Offit.

Ada dua perusahaan farmasi besar di Amerika Serikat yang tengah menyiapkan vaksin Covid-19 yaitu Pfizer dan Moderna. Apabila salah satu perusahaan farmasi tersebut berhasil membuat vaksin, maka akan sulit untuk meyakinkan ratusan ribu orang untuk menjadi relawan bagi vaksin yang tengah dikembangkan berikutnya.

Di Indonesia, Menristek Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, pemerintah menempuh kebijakan dua skema paralel dalam pengembangan vaksin untuk penanganan pandemi Covid-19. Keduanya adalah kerja sama dengan pihak luar negeri dan membuat vaksin secara mandiri.

Penggunaan vaksin yang dikembangkan di luar negeri merupakan upaya jangka pendek yang dapat segera dilakukan pemerintah. Sedangkan vaksin Merah Putih dikembangkan sebagai upaya jangka menengah dan panjang dalam penyediaan vaksin untuk kebutuhan masyarakat Indonesia.

Vaksin Merah Putih dikembangkan oleh sejumlah institusi penelitian dan perguruan tinggi dalam negeri dengan menggunakan beberapa platform pengembangan. Institusi tersebut adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gajah Mada.

Untuk mempercepat pembuatan vaksin Merah Putih, pemerintah juga berencana membangun pusat pengembangan vaksin nasional di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di Serpong, Tangerang Selatan.

Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pembangunan pusat pengembangan vaksin nasional  nantinya terdiri dari laboratorium untuk mencari bibit vaksin dan sebuah pabrik rintisan atau uji coba. Pabrik rintisan itu akan diplot untuk produksi vaksin skala kecil guna memenuhi kebutuhan uji klinis kandidat vaksin yang dihasilkan.

Sambil menanti kehadiran vaksin Covid-19 di Indonesia, disiplin menggunakan masker sebagai bagian dari gerakan 3 M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan) tetap harus dijalankan masyarakat.

Epidemiolog UI Pandu Riono mengatakan, vaksin yang nyata dan bisa diharapkan saat ini adalah dengan menggunakan masker.

“Vaksin itu bukan solusi jangka pendek untuk atasi pandemi. Kalau 180 juta vaksin itu 180 juta masker, saya sebagai juru wabah percaya dan mendukung Pak Jokowi. Masker itu vaksin kita,” kata Pandu.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan