837 Relawan Vaksin Covid-19 Bio Farma Masuk Periode Pamantauan

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/nz
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020).
Penulis: Pingit Aria
27/10/2020, 10.08 WIB

Pemerintah menunda rencana vaksinasi Covid-19 yang semula akan dimulai pada November 2020 . Terakhir, Presiden Joko Widodo menyampaikan agar vaksin tak terburu-buru diberikan kepada masyarakat.

Presiden ingin agar proses imunisasi Covid-19 dilakukan dengan standar kesehatan yang ketat lantaran hal ini menjadi perhatian banyak pihak. "Jangan tergesa-gesa mau vaksinasi sehingga kaidah saintifik dan kesehatan jadi nomor dua,"  kata Jokowi dalam pembukaan rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (26/10).

Lalu, bagaimana sebenarnya kelanjutan proses uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19 hasil pengembangan Sinovac, Tiongkok yang dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero) di Bandung? "Data terakhir menunjukan bahwa sampai dengan tanggal 23 Oktober 2020, 837 relawan masuk ke periode monitoring efikasi," ujar Head of Corporate Communication Bio Farma Iwan Setiawan saat dihubungi Antara, Selasa (27/10).

Monitoring efikasi artinya, 837 relawan tersebut telah melalui dua kali tahap penyuntikan vaksin dan sekarang tinggal dipantau efektivitas dan keamanannya. Hasil yang diharapkan tentunya adalah semua relawan menghasilkan antibodi setelah vaksinasi sehingga muncul efek kebal terhadap virus corona dan tentunya tanpa efek samping.

Selain itu, Iwan juga menambahkan bahwa keseluruhan 1.620 relawan sudah mendapatkan suntikan pertama dan 1.341 di antaranya sudah mendapatkan suntikan kedua. "Saat ini, uji klinis III vaksin COVID-19 masih berjalan sesuai rencana," katanya.

Head of Corporate Communication Bio Farma itu juga menyampaikan bahwa beberapa waktu lalu tim dari Badan POM melaksanakan inspeksi ke dua Puskesmas sebagai tempat penyelenggaraan uji klinis vaksin Covid-19.

Berikut adalah Databoks yang menggambarkan rencana pemerintah mendatangkan vaksin Covid-9 mulai November 2020:

Pandangan Ahli

Dari sisi keamanan, sebetulnya vaksin Sinovac untuk Covid-19 sudah diketahui cukup aman sejak uji klinis fase 1 dan fase 2. Sedangkan, uji klinis fase 3 dilakukan dengan tujuan utama untuk menemukan efikasi atau khasiat dari vaksin tersebut, meski aspek keamanan juga masih diperhatikan.

Menurut anggota Komnas Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Prof Sri Rejeki, untuk menemukan efikasi dari vaksin, uji klinis seyogianya dilakukan sekitar minimal delapan bulan.

Ia merinci, setelah tahapan prakondisi, relawan disuntik dua kali dengan jeda antara 2 pekan- satu bulan, monitoring efikasi normalnya dilakukan dalam kurun waktu enam bulan. Namun dalam kondisi darurat, proses pemantauan dipangkas jadi hanya tiga bulan saja.

“Akhir Desember akan dibuka efikasinya seperti apa. Nanti akan dinilai oleh BPOM kemudian dikeluarkan emergency use authorization (EUA),” kata Sri kepada Suara Pembaruan, Minggu (18/10) lalu.

Dengan demikian, ia menilai ada kemungkinan efikasinya belum sampai 100%. Karena itu, pemerintah harus teliti betul menghitung berapa banyak populasi yang harus disuntik untuk menghasilkan herd imunnity atau kekebalan komunitas dengan tingkat efikasi yang belum maksimal itu.

“Semakin tinggi efikasi vaksin, jumlah yang disuntik tidak terlalu banyak mungkin cukup 50% dari total penduduk. Namun kalau efikasinya rendah, maka yang disuntik pun harus lebih banyak,” ujarnya.

Pemerintah sendiri telah menetapkan sebanyak 170 juta jiwa, atau sekitar 60% dari total jumlah penduduk Indonesia akan mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Indonesia memerlukan vaksin Covid-19 sebanyak 340 juta dosis dalam kurun waktu setahun.

Sebelum Disuntik Vaksin

Dengan uji klinis vaksin yang masih berlanjut, sementara penularan Covid-19 terus terjadi, Satgas Penanganan Covid-19 kembali mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Karena, kunci utama memutus mata rantai penyebaran virus corona adalah Gerakan 3M, memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan.

Langkah itu lebih efektif mencegah penularan jika dilakukan secara kolektif. "Kalau kita sudah patuh pada protokol kesehatan, jangan lupa mengingatkan orang lain untuk patuh pada protokol kesehatan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, beberapa waktu lalu.

Wiku menunjukkan bahwa beberapa jurnal internasional menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko penularan sebesar 35%. Sedangkan memakai masker kain dapat menurunkan risiko penularan sebesar 45%, dan masker bedah dapat menurunkan risiko penularan hingga 70%. Yang paling utama, menjaga jarak minimal 1 meter dapat menurunkan risiko penularan sampai dengan 85%.

Berikut adalah Databoks yang menggambarkan tingkat kepatuhan masyarakat dalam mengenakan masker di ruang publik:

Reporter: Antara

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan