Pandemi Covid-19 menjadi pukulan berat bagi bisnis rumah sakit mendatangkan dampak terhadap kunjungan pasien. Imbauan untuk tetap di rumah selama membuat kunjungan pasien ke rumah sakit merosot tajam.
“Bahkan sekarang pasien yang datang ke rumah sakit berkisar 20% dibanding kondisi normal, itu pun karena keadaan darurat,” kata Sekretaris Jendral Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Dr. dr Lia Gardenia dalam webinar Indonesia Industry Outlook 2021 (4/11).
Beberapa rumah sakit telah menyelenggarakan layanan konsultasi online melalui telemedicine. Namun, fasilitas ini belum bisa diklaim ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Mengacu survei yang dilakukan Inventure dan Alvara, 80% dari 1.121 responden mengaku takut untuk berobat ke rumah sakit. Hal ini dipicu oleh phobia Covid-19, di mana masyarakat takut tertular jika melakukan pemeriksaan secara fisik.
Lia mengatakan, untuk mengatasi persoalan tersebut, pihak rumah sakit telah melakukan sejumlah upaya adaptasi. Lia mencontohkan, mayoritas rumah sakit kini telah menyiapkan area khusus agar pasien Covid-19 tidak menyatu dengan pasien lainnya.
Menurutnya, meski kurva kasus Covid-19 kini telah melandai, kunjungan pasien secara ke rumah sakit masih mengalami penurunan. Karena itu, sejumlah rumah sakit juga menyediakan layanan telemedicine.
Saat ini, aplikasi telemedicine telah cukup diakrabi anak muda. Hal itu tergambar dalam Databoks berikut:
Bagaimanapun, layanan telemedicine belum dapat diadopsi secara luas karena BPJS belum menanggungnya. “Sementara 90% pasien rumah sakit menggunakan BPJS, makanya layanan ini juga belum maksimal,” kata Lia.
Atas hambatan tersebut, PERSI berharap pemerintah dapat memberikan kelonggaran agar BPJS dapat digunakan dalam layanan telemedicine. Terlebih, sejak tahun 2016 jumlah pasien yang menggunakan BPJS untuk pelayanan Kesehatan terus meningkat. Terbukti, pemanfataan Jaminan Kesehatan Nasional mencapai 177,8 juta kunjungan, meningkat 21% dari 146,7 kunjungan pada 2015.
Layanan konsultasi online telemedicine umumnya diselenggarakan secara mandiri atau melalui kerja sama dengan penyedia aplikasi seperti Halodoc atau Alodokter. "Yang menarik, rupanya konsumen lebih mempercayai layanan telemedecine yang disediakan oleh rumah sakit atau klinik dibandingkan dari startup teknologi," kata Managing Partner Inventure, Yuswohady.
Menurutnya, sebanyak 71 % responden menjawab lebih percaya layanan telemedicine yang disediakan oleh rumah sakit atau klinik. Rumah sakit dinilai memiliki ekosistem layanan kesehatan dari segi fasilitas dan keahlian dokter. Selain itu, layanan rumah sakit dianggap sudah teruji dan mampu memberikan safety value.