Industri agribisnis membutuhkan transformasi digital guna meningkatkan produktivitas serta mewujudkan ketahanan pangan nasional secara jangka panjang. Tak hanya itu, digitalisasi juga dibutuhkan guna mencapai praktik agribisnis yang baik dan presisi.
Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB Muhammad Firdaus mengatakan teknologi digital sangat dibutuhkan untuk mencapai praktik agribisnis yang lebih presisi dari hulu sampai ke hilir. Oleh karena itu, digitalisasi jangan hanya menyangkut marketing atau penjualan.
“Digitalisasi menjangkau pula on farm, yakni, bagaimana petani bisa mendapatkan informasi terkini secara cepat, sehingga bisa mengambil keputusan tepat, misal terkait prakiraan hujan dan informasi harga,” katanya kepada Katadata, Senin (16/11/2020).
Pertanian presisi merupakan konsep pertanian berbasis teknologi yang bertumpu kepada observasi dan pengukuran yang menghasilkan data. Data ini menjadi penentu kegiatan kerja bercocok tanam yang efektif dan efisien.
Ketua Komisi Tetap Kehutanan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arif P. Rachmat mengatakan teknologi digital memiliki manfaat besar terhadap peningkatan kinerja sektor agribisnis. “Hanya saja, pemerataan pemanfaatan teknologi ini masih butuh waktu,” ujar Arif, yang juga Komisaris Utama PT Triputra Agro Persada Group ini.
Direktur Eksekutif PISAgro Zul Martini Indrawati menjelaskan, salah satu manfaat teknologi digital di sektor agribisnis adalah untuk menghimpun data terkait kinerja pertanian dan pangan. Contohnya angka produksi, produktivitas, perkembangan lahan, dan lain-lain.
“Teknologi digital menciptakan informasi real time di bidang pangan untuk menjadi data dasar dalam membuat kebijakan dan strategi tepat bagi semua pihak,” ujarnya.
PISAgro (Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture) sendiri merupakan organisasi yang fokus membantu pemerintah mencari solusi atas tantangan di industri agribisnis. Terkait digitalisasi, PISAgro juga melakukan melalui kerja sama dengan Sinarmas Grup dan Kadin Indonesia, untuk memberi pendampingan kepada lebih dari 1 juta petani di berbagai wilayah.
Saat ini, salah satu inovasi digital yang hadir di sektor agribisnis nasional diusung oleh Tanihub Group. Perusahaan ini berperan aktif mendukung terbangunnya ekosistem digital di sektor pangan maupun pertanian melalui Tanihub, Tanifund, dan Tanisupply.
Tanihub Group sejauh ini berhasil merangkul lebih dari 35.000 petani di 12 kota untuk memproduksi lebih dari 900 ragam produk. Petani mitra tercatat mengalami peningkatan pendapatan sedikitnya 50 persen, serta perbaikan produktivitas.
VP Corporate Services Tanihub Astri Purnama Sari menuturkan, selama ini kerap terjadi miss match antara petani dengan konsumen. Sebagian besar petani menanam saja tanpa tahu, apa yang sebenarnya paling dibutuhkan oleh pasar.
“Karena itu, Tanihub masuk mulai dari tataran production planning hingga post harvesting. Kami berupaya jamin modal dan pasar bagi petani. Dengan begini, kami bisa cocokkan kualitas maupun kuantitas antara permintaan dan penawaran produk pertanian,” ujar Astri.
Pelaku usaha yang dinaungi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia turut mencermati tantangan dalam proses transformasi digital di industri agribisnis. Hal ini merupakan salah satu agenda yang dibawa ke dalam Jakarta Food Security Summit kelima (JFSS-5) pada 18 - 19 November 2020.
JFSS-5 mengangkat tema “Pemulihan Ekonomi Nasional untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Meningkatkan Kesejahteraan Petani, Peternak, dan Nelayan”. Silakan Anda mendaftar dan jadi bagian dari acara Jakarta Food Security Summit-5 pada 18 - 19 November 2020 di https://katadata.co.id/JFSS2020 dan dapatkan e-certificate.