Tingkat positif Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi. Hal itu menunjukkan penularan virus corona di Tanah Air belum terkendali.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, tingkat positif di Indonesia mencapai 14,3%. Angka tersebut didapat dari total kasus positif virus corona sebesar 598.933 dibagi total orang dites sekitar 4,17 juta.
Menurut Ahli Epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman, tingginya tingkat positif di Indonesia disebabkan oleh jumlah tes yang rendah dan tingkat penularan virus corona yang tinggi. Adapun Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan standar jumlah tes sebanyak 1:1.000 penduduk per pekan.
Jika jumlah penduduk Indonesia sebanyak 268 juta jiwa, jumlah tes seharusnya mencapai 268 ribu per pekan. Itu berarti, pemerintah harus melaksanakan tes Covid-19 sebanyak 38.285 tes per hari.
Kementerian Kesehatan mencatat angka tes per 10 Desember 2020 hanya mencapai 32.662 orang. Namun, jumlah tes dalam sepekan terakhir telah mencapai 268 ribu.
Adapun data Satgas Covid-19 menunjukkan jumlah tes selama November hingga minggu pertama Desember 2020 terus meningkat. Bahkan persentasenya mencapai 96,35% dari target WHO atau sebanyak 260.152.
Meski begitu, Dicky mengingatkan pemerintah tidak berpuas hati dengan capaian tersebut. Pasalnya, eskalasi pandemi di Tanah Air cukup berat.
Hal itu berdasarkan pedoman WHO di mana tingkat positif di atas 10% menunjukkan pandemi tidak terkendali. "Indonesia secara umum tidak terkendali, mayoritas tingkat positif di daerah-daerah mencapai 10%," ujar Dicky kepada Katadata.co.id pada Rabu (10/12).
Jika tingkat positif mencapai 8-10%, kondisi pandemi dalam keadaan kritis. Jika tingkat positif 5-8%, kondisi pandemi dianggap moderat, dan angka 3-5% menunjukkan pandemi terkendali.
Untuk mencapai kondisi terkendali, Indonesia tidak cukup melaksanakan tes sesuai standar WHO. Indonesia harus bisa meningkatkan tes untuk mendeteksi kasus baru dan mengkarantina pasien Covid-19. Sehingga rantai penularan virus corona dapat diputus.
"Itulah mengapa jumlah tes sangat penting. Menurut hitungan saya, minimal 100 ribu per hari, tapi kalau optimalnya 500 ribu per hari jika melihat kondisi kasus Covid-19 di Indonesia saat ini," kata dia.
Menurut dia, jumlah tes tersebut tidak terlalu besar dibandingkan dengan Amerika Serikat, India, dan Tiongkok yang bisa melaksanakan tes hingga 1 juta per hari. Oleh karena itu, Dicky berharap pemerintah sanggup melaksanakan 100 ribu tes Covid-19 per hari selama satu bulan penuh.
Selain meningkatkan jumlah tes, pemerintah juga harus melaksanakan pelacakan kontak erat yang maksimal. WHO menargetkan pelacakan kontak erat harus mencapai 80% dari satu kasus Covid-19.
Selain itu, pemerintah harus menyiapkan tempat isolasi untuk mereka yang positif. Jika seluruh wilayah Indonesia menerapkan hal yang sama, dia optimistis pandemi bisa dikendalikan dalam satu bulan.
Namun, jika jumlah tes terus turun, orang yang terinfeksi berpotensi menularkan virus ke banyak orang. Hal itu pun dapat menyebabkan jumlah kasus Covid-19 melonjak.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan