Riset terbaru menunjukkan adanya korelasi antara kekurangan Vitamin D dan risiko tinggi tertular Covid-19. Studi yang dirangkum dalam 'Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism', menunjukkan mayoritas penderita Covid-19 tidak punya kandungan 'vitamin matahari' dalam darahnya.
Periset meneliti 216 orang pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit Spanyol. Hasilnya, dari semua pasien tersebut, 82,2 persen kekurangan kadar Vitamin D. Selain itu, secara umum pria punya kadar vitamin D lebih rendah dibanding wanita.
Orang yang kekurangan vitamin D juga punya kecenderungan menderita hipertensi dan penyakit kadiovaskular lebih tinggi. Penelitian juga menunjukkan mereka perlu waktu menginap di rumah sakit lebih lama jika menderita Covid-19.
Profesor Universitas Hohenheim yang mengevaluasi vitamin D dan Covid-19, Dr Hans Konrad Biesalski menjelaskan, komorbid seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas berhubungan dengan kadar vitamin D yang rendah. Sementara pasien Covid-19 yang memiliki komorbid berisiko lebih besar untuk mengalami gejala serius.
"Sepertinya pasien dengan status vitamin D yang buruk mungkin memiliki Covid-19 yang lebih parah," kata Biesalski seperti dikutip dari Healthline. Meski begitu kesimpulan ini tidak ditunjukkan dalam studi terbaru. .
Sementara itu, hasil riset Dr Michael F. Holick dari Universitas Boston mendukung temuan ini. Hasil observasi Holick menemukan kalau pasien Covid-19 dengan kadar vitamin D yang cukup punya 51,5 persen risiko kematian lebih rendah dan menurunkan risiko komplikasi secara signifikan.
Meski demikian, peningkatan kadar vitamin D pada pasien yang sakit kritis tidak mempercepat penyembuhan pasien di rumah sakit. Hal ini berdasarka n penelitian lain yang dilakukan di Brazil.
Meski begitu banyak pakar medis berteori bahwa mempertahankan kadar vitamin D yang memadai dapat membantu menurunkan risiko atau membantu pemulihan dari Covid-19 yang parah bagi sebagian orang. Namun mereka bersepakat riset lebih jauh diperlukan untuk memahami lebih jauh mengenai hubungan vitamin D dan Covid-19.
Hingga saat ini belum ada obat untuk Covid-19. Sementara vaksin juga baru diberikan kepada sebagian kecil masyarakat. Maka darit itu, masyakarat harus lebih berdisplin menerapkan protolok gerakan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir).
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan