Pandemi corona tidak menyurutkan niat masyarakat untuk menikmati liburan akhir tahun dengan staycation di hotel. Hal ini terlihat dari tingkat okupansi hotel-hotel berbintang di Jakarta yang meningkat pada masa liburan akhir tahun 2020.
Setidaknya hal ini dirasakan oleh dua hotel berbintang di Jakarta, yakni Hotel Sari Pan Pacific dan Shangri-La Hotel.
Acting General Manager Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Abhi Gurung, mengatakan bahwa tingkat hunian hotel yang terletak di pusat kota Jakarta itu cukup baik pada bulan ini.
“Beberapa program F&B dan kamar yang telah disiapkan mendapatkan antusiasme yang baik dari pasar,” kata Abhi, Jumat (25/12).
Adapun perubahan terbesar yang dirasakan dalam permintaan menginap pada periode Natal dan tahun baru kali ini dibandingkan dengan tahun lalu adalah kini tamu didominasi oleh pasar domestik. “Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya program-program F&B, seperti pemesanan hampers dapat dibilang sangat baik,” kata dia.
Sementara itu Director of Communications Shangri-La Hotel Jakarta, Debby Setiawaty, menuturkan tingkat okupansi meningkat secara signifikan dibandingkan awal 2020 ketika pandemi dimulai yang menyebabkan kelesuan sektor pariwisata.
"Sebagian alasan di balik tingkat minat yang lebih kuat adalah karena sebagai hotel, kami telah mengembangkan penawaran demi memenuhi kebutuhan para tamu pada saat ini," kata Debby.
Sebelum pandemi, perayaan akhir tahun di Shangri-La selalu diramaikan dengan pertunjukan musik. Demi keamanan bersama, tahun ini acara-acara yang mengundang keramaian tidak dilaksanakan. Sebagai gantinya, tamu bisa menikmati perayaan tahun baru yang lebih intim.
Debby mengungkapkan kini Shangri-La juga melayani pemesanan makanan ke rumah sehingga memungkinkan para tamu untuk menikmati santapan lezat dalam kenyamanan rumahnya sendiri. "Para tamu yang ingin tetap menikmati santap langsung di restoran kami, mereka masih dapat melakukannya," kata dia.
Berdasarkan data pemesanan dari platform perjalanan digital Agoda, hotel bintang 4 hingga 5 adalah pilihan akomodasi teratas dalam menyambut tahun baru 2021 di dunia, serta menempatkan hotel bintang 1 hingga 3,5 di posisi kedua tahun ini, dibandingkan Malam Tahun Baru 2019.
Di Indonesia, tahun ini kebanyakan wisatawan memesan kamar hotel bintang 4 hingga bintang 5. Hotel bintang satu hingga 3,5 menjadi pilihan di peringkat kedua.
Selain menerapkan protokol kesehatan ketat agar konsumen merasa aman dan nyaman, penawaran menarik jadi salah satu strategi agar masyarakat berani kembali menginap di hotel, terutama ketika perjalanan ke luar negeri yang ramai berlangsung tiap liburan tiba masih dibatasi.
Serangkaian pilihan paket menginap diperkenalkan selama musim liburan, seperti penyajian makanan gaya Rijsttafel di dalam kamar, brunch tahun baru hingga permainan daring berhadiah sampai menginap gratis semalam bila tamu menginap selama empat malam berturut-turut.
Menyambut 2021, pelaku industri perhotelan optimistis situasi akan membaik terlebih bila program vaksin berhasil dijalankan sehingga aktivitas bisa kembali normal. "Di samping itu, dukungan dari pasar pemerintahan, korporasi dan domestik diyakini akan memiliki peran besar bagi hotel," kata Abhi.
Sebelumnya Pengusaha perhotelan mengaku khawatir, pemangkasan cuti bersama akhir tahun menyebabkan pembatalan reservasi hotel melonjak. Padahal, pengusaha semula berharap cuti bersama bisa mendongrak okupansi dan pendapatan bisnis hotel yang selama ini lesu akibat pandemi Covid-19.
"Pengurangan libur akhir tahun akan menimbulkan polemik bagi konsumen dan pengusaha hotel," kata Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran.
Berbagai kemungkinan menurutnya bisa terjadi dengan pengurangan hari libur ini, seperti, pembatalan reservasi hotel dan pengajuan kembali dana yang sudah dibayarkan (refund).
Berkaca pada Maret lalu, banyak terjadi pembatalan reservasi bertepatan dengan awal mula kasus Covid-19 merebak di Indonesia. Berikutnya, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan oleh Pemprov DKI juga juga berdampak pada reservasi hotel.
Kini, dengan pengurangan jadwal libur bukan tidak mungkin menyebabkan pembatalan reservasi kembali terjadi. Ia pun khawatir, kepercayaan publik menurun akibat banyaknya yang kebijakan pemerintah yang berubah secara mendadak.
Mekanisme refund pun menurutnya tak mudah dilakukan, lantaran proses harus melalui mekanisme beberapa pihak. “Masing-masing bisnis punya komitmen, jadi refund itu tidak mudah dibayangkan,” kata dia.