Dunia digegerkan dengan temuan varian baru virus corona di Inggris. Virus penyebab Covid-19 itu pun disebut-sebut memiliki kemampuan menyebar yang lebih cepat.
Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Zurbairi Djoerban, mengatakan varian baru virus corona itu awalnya ditemukan di Kent dan Medway, Inggris pada November 2020. Kedua wilayah tersebut menjadi perhatian pemerintah setempat karena tingginya kasus Covid-19.
Padahal, tren angka positif Covid-19 tengah menurun di Inggris saat itu. Para ahli pun menganalisa bahwa peningkatan kasus di Kent dan Medway terjadi karena masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan.
Namun setelah diteliti, para ahli menemukan varian baru virus corona yang diberi label B1117. "Ini menjadi perhatian sekalian karena kemampuan menyebarnya yang sangat cepat," kata Zubairi dalam Talkshow "Membedah Regulasi Larangan Masuk Bagi Warga Asing" yang disiarkan Youtube BNPB Indonesia pada Selasa (29/12).
Menurut Zurbairi, virus itu mampu menyebar 71% lebih cepat. Hal itu terjadi karena adanya perubahan asam amino akibat mutasi virus sebanyak 15 kali.
Virus yang juga disebut sebagai vui202012/01 itu pun langsung menyebabkan 1.108 kasus baru di Inggris pada 13 Desember 2020. Pada pekan lalu, sebanyak 90% dari kasus positif yang ada di Inggris berasal dari varian virus B1117.
Biarpun virus itu memiliki kemampuan penyebaran yang sangat cepat, Zurbairi menyebut varian baru tersebut tidak lebih berbahaya dari virus corona sebelumnya. "Para ahli amat sangat yakin bahwa virus B1117 itu amat mudah menular tapi tidak lebih mematikan," katanya.
Meski begitu, dia meminta masyarakat Indonesia tetap waspada terhadap penyebaran varian baru virus corona. Pasalnya, kasus Covid-19 di Indonesia sudah cukup tinggi tanpa munculnya varian baru virus corona.
"Saya tidak membayangkan jika virus dari Inggris itu masuk ke Indonesia," ujar dia.
Untuk menghindari ledakan kasus baru Covid-19 di Tanah Air, dia pun meminta pemerintah terus mengikuti perkembangan terkini terkait varian baru virus corona di Inggris. Sehingga pemerintah bisa menyiapkan langkah antisipasi dan pengobatan bagi pasien.
Selain itu, dia juga berharap para ahli meneliti perubahan virus yang ada di Indonesia. Menurut dia, sejumlah lembaga penelitian seperti Eijkman sudah mampu mendeteksi mutasi virus corona.
Begitu juga dengan laboratorium fakultas kedokteran di sejumlah daerah di Indonesia sudah memiliki kemampuan medeteksi perubahan virus. Dengan begitu, lembaga penelitian dan universitas bisa memberikan informasi terbaru mengenai varian virus corona di Tanah Air.
"Kita harus cepat beraksi. Kalau perlu kebijakannya disesuaikan dengan kondisi terakhir," kata dia.
Sedangkan masyarakat diharapkan tetap waspada terhadap penyebaran virus corona dengan disiplin protokol kesehatan. Adapun protokol kesehatan yang wajib dilaksanakan masyarakat yaitu memakai masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Di sisi lain, dia menyebut alat tes usap PCR yang ada saat ini bisa medeteksi mutasi virus corona. Selain itu, vaksin yang telah beredar tetap dipercaya manjur mencegah varian virus tersebut.
"Hampir pasti tetap efektif, hanya belum 100% yakin karena perlu dibuktikan melalui penelitian yang menyertakan pasien. Sekarang dikerjakan dua jenis vaksi yang terdeteksi cukup baik mengatasi varian baru," ujarnya.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan