Menkes Budi Prediksi Izin Vaksin Covid-19 Akan Terbit dalam 1-2 Pekan

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.
Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, tangerang, Banten, Minggu (6/12/2020). Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi Sinovac, China, tiba di tanah air untuk selanjutnya akan diproses lebih lanjut ke Bio Farma selaku BUMN produsen vaksin.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
30/12/2020, 16.29 WIB

Penggunaan vaksin Covid-19 masih menunggu izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, proses perizinan akan selesai dalam satu hingga dua pekan mendatang.

"Saya merasa tahap pertama mengenai penyediaan dan persetujuan vaksin bisa kita selesaikan dalam waktu satu atau dua minggu lagi," kata Budi di Kantor PT Bio Farma (Persero), Bandung, Rabu (30/12).

Dengan demikian, lanjut dia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dapat melakukan persiapan tahap kedua, yaitu distribusi vaksin ke seluruh pelosok Indonesia. Distribusi tersebut perlu dilakukan dalam waktu singkat agar vaksinasi dapat dilakukan sesuai kelompok prioritas.

Sebagaimana diketahui, vaksinasi pada gelombang pertama dilakukan terlebih dahulu kepada 1,3 juta tenaga kesehatan. Setelah itu, vaksin akan diberikan kepada petugas pelayanan publik sebanyak 17,4 juta orang. Kemudian lansia akan diberikan vaksin sebanyak 21,5 juta orang.

Selanjutnya, vaksinasi pada gelombang dua akan diberikan kepada masyarakat rentan, yaitu masyarakat di daerah dengan risiko penularan tinggi sebanyak 63,9 juta orang. Berikutnya, masyarakat lainnya sebanyak 77,4 juta.

Simak Databoks berikut:

Budi menyatakan, proses vaksinasi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Program ini juga memerlukan dukungan dari masyarakat Indonesia. "Tidak mungkin program ini sukses oleh Kemenkes sendiri," ujar dia.

Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan, proses pemberian izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 akan dipercepat. Namun, ia memastikan aspek keamanan, keselamatan, dan jaminan mutu berbasis data saintifik akan tetap diutamakan. BPOM juga memastikan khasiat dan efikasi vaksin menjadi hal yang penting.

Adapun, pendaftaran izin penggunaan darurat dilakukan secara bertahap. Data sementara, keamanan vaksin Sinovac menunjukkan hasil yang baik serta tidak memiliki efek samping serius.

Pada uji klinis tahap ketiga yang melibatkan ribuan relawan, keamanan vaksin tersebut konsisten pada hasil uji klinis fase 1 dan fase 2. Saat ini, tim peneliti dan tim Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tengah menyelesaikan data analisa untuk aspek efikasi yang dilihat dari peningkatan kadar antibodi.

Selain itu, BPOM juga tengah menunggu data hasil interim pengamatan tiga bulan yang dari uji klinis vaksin Sinovac di Bandung. Nantinya, data tersebut juga akan dilengkapi dengan hasil uji klinis vaksin Sinovac di Turki yang menunjukkan evikasi sebesar 91,2%. "Data-data lain juga konsisten dengan data di Indonesia," katanya.

Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Kusnandi Rusmil mengatakan, laporan interim setelah suntikan kedua akan dikirimkan kepada BPOM pada Januari 2021. 

Ia pun memastikan, saat ini tidak ada efek samping serius pada seluruh subjek yang dipantau pasca suntikan vaksin. "Yang timbul nyeri pada tempat suntikan dengan intentsitas ringan. Kemudian pegal pada otot dan intensitas ringan," ujar dia.

Reporter: Rizky Alika