Mengenali Beragam Efek Samping dari Vaksinasi Covid-19

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
Petugas medis (kanan) bersiap menyuntikan vaksin ke seorang tenaga kesehatan (kiri) saat simulasi pemberian vaksin COVID-19 di RSIA Tambak, Jakarta, Rabu (13/10/2021). Sejumlah vaksin Covid-19 memiliki efek samping ringan, sedang, hingga berat.
13/1/2021, 18.25 WIB

Pengembangan vaksin virus corona memberi harapan pandemi akan segera berakhir. Meski begitu, penggunaan vaksin juga memiliki risiko karena ada kemungkinan mengakibatkan efek samping. 

Efek samping yang muncul akan sangat tergantung pada jenis vaksin yang dikembangkan. Ini sejumlah efek samping dari berbagai jenis vaksin yang rencananya akan digunakan di Indonesia:

Pfizer/BioNTech

Meski sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di sejumlah negara, vaksin yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech memiliki efek samping. Melansir Livemint, 80% pasien yang divaksin dalam uji coba tahap akhir merasakan nyeri pada saat proses imunisasi.

Selain itu, banyak penerima vaksin tersebut yang mereasakan efek samping berupa kelelahan, pusing, dan tegang otot. Bahkan beberapa orang mengalami pembengkakan kelenjar getah bening. Efek samping itu lebih sering dan intens terhadap penerima vaksin usia muda. 

Namun, efek samping berat sangat jarang dialami penerima vaksin Pfizer/BioNTech. Sejuah ini, ada dua orang yang mengalami efek samping berat berupa alergi serius setelah imunisasi.

Keduanya memang memiliki penyakit alergi bawaan. Oleh karena itu, pemerintah Inggris tidak menyarankan orang dengan alergi bawaan untuk mendapatkan vaksinasi.

Di sisi lain, data dari Badan Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan bahwa efek samping dirasakan selama kurun waktu tujuh hari sejak mendapatkan suntikan vaksin.

Efek samping yang dialami memiliki kadar ringan hingga sedang seperti keletihan, demam, menggigil, dan sakit kepala. Hal itu akan lebih sering terjadi  setelah mendapat suntikan kedua. 

Moderna

Badan makanan dan obat-obatan AS (FDA) mengatakan bahwa vaksin buatan Moderna memiliki efek samping berupa nyeri pada tempat penyuntikan, keletihan, pusing, tegang otot, menggigil, persendian tegang, pembengkakan kelenjar getah bening, mual dan muntah.

Sama dengan Pfizer, efek samping itu juga muncul lebih sering setelah vaksinasi dosis kedua. Meskipun ada penerima vaksin yang mengalami kondisi tersebut setelah penyuntikan pertama.

Namun, angka masyarakat yang terkena efek samping vaksin dinilai tidak terlalu besar. FDA menunjukkan bahwa efek samping dirasakan oleh satu dari sepuluh orang.

Bahkan, gatal-gatal dan ruam, gatal di tempat penyuntikan, dan pembengkakan di wajah hanya dialami oleh kurang dari satu per sepuluh orang.

Sinovac

Vaksin Coronavac yang sudah tiba di Indonesia memiliki efek samping yang mirip dengan vaksin lainnya. Seperti sakit di bagian yang disuntik, demam, dan keletihan.

Namun, terdapat juga beberapa efek samping lainnya seperti mual, pusing, dan muntah-muntah. Hal itu berdasarkan data semetara uji klinik tahap akhir di tiga negara, seperti Brasil, Turki, dan Indonesia. 

Di sisi lain, uji coba vaksin Sinovac di Brasil sempat dihentikan sementara pada 10 November 2020. Hal itu terjadi karena ada partisipan uji coba yang meninggal.

Namun, hasil konfirmasi menunjukkan pasien meninggal tidak disebabkan oleh vaksin Coronavac. Sehingga uji coba tahap akhir di Brasil terus dilanjutkan. 

Sinopharm

Vaksin buatan perusahaan asal Tiongkok ini juga ditaksir memiliki efek samping yang tidak berbeda dengan vaksin lainnya. Seperti rasa sakit di tempat penyuntikan, ruam, pusing, tegang otot, demam, mual, dan munta-muntah.

Melansir Medshadow, sebanyak 15% dari total partisipan uji coba tahap awal mengeluhkan hal-hal tersebut. Meskipun ada rumor yang menyebut Sinopharm memiliki 73 efek samping atau reaksi tubuh yang merugikan.

Beberapa di antaranya yaitu tekanan darah tinggi, kehilangan penglihatan, dan kehilangan pengecapan (lidah). Tao Lina, seorang pakar vaksin asal Shanghai merupakan pelapor dari kejadian tersebut.

Namun, setelah ucapannya dikutip sebuah media di Taiwan, unggahan Tao mengenai hal tersebut di Weibo (situs microblogging Tiongkok) dihapus pemerintah. Informasi tersebut pun masih simpang siur dan belum dikonfirmasi oleh otoritas terkait dan Sinopharm. 

Salah satu negara pembeli Sinopharm, Filipina juga tidak memberikan konfirmasi terkait rumor tersebut.Di sisi lain, laporan New York Times menunjukkan bahwa fase pertama dan kedua uji coba vaksin pada Juni 2020 tidak menunjukkan adanya efek samping serius.

Bahkan, hingga 3 Januari 2021, pemerintahan Mesir mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinopharm. Sebab, tidak ada keluahan signifikan mengenai efek samping vaksin tersebut.

Astrazeneca

Menurut situs resmi pemerintah Inggris, vaksin buatan AstraZeneca dengan Universitas Oxford menyebabkan efek samping ringan hingga sedang. Efek samping dialami beberapa hari hingga seminggu setelah vaksinasi.

Adapun pemerintah Inggris membagi efek samping menjadi tiga kategori, yakni sangat umum, umum, dan tidak umum. Kategorisasi dibuat berdasarkan studi probabilitas seseorang terkena efek samping tersebut dari total populasi.

Dalam kategori sangat umum, efek samping yang dapat dirasakan yaitu pegal, sakit, badan hangat, kemerahan pada tubuh, gatal-gatal, bengkak atau memar pada lokasi penyuntikan, merasa lelah, tidak enak badan, menggigil atau merasa seperti demam, pusing, mual, dan tegang otot.

Pada kategori umum, masyarakat akan mengalami bengkak pada bagian penyuntikan, demam, muntah-muntah, gejala flu berat seperti suhu tinggi, radang tenggorokan, pilek, menggigil, dan batuk-batuk. Hal itu ditemukan pada satu dari sepuluh orang yang menerima vaksinasi.

Pada kategori tidak umum, seseorang akan mengalami kepala berputar, hilang nafsu makan, sakit perut (abdominal pain),  pembengkakan kelenjar getah bening, serta bekeringat berlebihan disertai gatal kulit dan ruam. Hal tersebut terjadi pada satu dari seratus orang penerima vaksin. 

Novavax

Pada tahap uji coba pertama dan kedua, relawan melaporkan efek samping berupa sakit di bagian penyuntikan, ruam, pusing, tegang otot, demam, mual, dan muntah-muntah.

Meski begitu, situs Verywellhealth menyatakan tidak ada kasus serius yang terjadi selama uji coba pada Agustus 2020. Adapun Efek samping yang ditinjau sejauh ini antara berstatus ringan atau tidak ada sama sekali.

COVAX/GAVI

Melalui laman resmi Gavi, efek samping vaksin dinilai cukup mirip dengan jenis lainnya, yakni demam, menggigil, atau keletihan, mirip dengan gejala flu. Meski begitu, Gavi menilai bahwa kemungkinan masyarakat terkena efek tersebut relatif kecil setelah menerima vaksin. 

(Penyumbang bahan: Ivan Jonathan)

 

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan