Pemerintah telah memulai program vaksinasi Covid-19 pada Rabu (13/1). Program tersebut diharapkan mampu mendorong pengendalian pandemi di Tanah Air.
Namun, Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan vaksin bukanlah ujung tombak pengendalian pandemi. Vaksinasi seharusnya ditempatkan sebagai salah satu penunjang dalam upaya mencegah penularan virus corona di Indonesia.
"Jangan anggap vaksin sebagai solusi ajaib," ujar Dicky pada Jumat (15/1).
Menurut dia, pemerintah dan masyarakat harus memahami bahwa orang yang mendapatkan vaksinasi berpotensi terinfeksi virus corona. Selain itu, mereka yang menerima suntikan vaksin Covid-19 juga sangat mungkin menularkan virus kepada yang lain.
"Belum ada vaksin Covid-19 di dunia yang bisa menjamin, ketika dia divaksin dan sakit (Covid-19), tidak menularkan virus," kata Dicky pada Jumat (15/1)
Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa vaksinasi seharusnya melengkapi upaya 3T yaitu testing, tracing, dan treatment. Selain itu, protokol kesehatan 5M harus tetap dipatuhi. Adapun protokol tersebut terdiri dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan.
Dia menyebut bahwa vaksin tidak bisa menggantikan tes, telusur, dan upaya perawatan atau isolasi mandiri. Vaksin justru harus beriringan dengan upaya tersebut sehingga jumlah kasus dan potensi kematian dapat ditekan.
Adapun jumlah kasus baru Covid-19 pada Jumat (15/1) kembali meningkat sebesar 12.818. Angka tersebut memecahkan rekor sehari sebelumnya di angka 11.557.
Sedangkan jumlah kasus aktif atau orang dirawat mencapai 138.238 dan angka kesembuhan sebanyak 718.696. Untuk jumlah orang meninggal mencapai 25.484.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan