Kasus Covid-19 RI Tembus 1 Juta, Pemerintah Kumpulkan Epidemiolog

Menko Marves
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mendengarkan masukan dari ahli epidemiologi dalam pertemuan secara virtual pada Kamis (4/2).
4/2/2021, 16.20 WIB

Pemerintah mengumpulkan para ahli epidemiologi untuk membahas penanganan pandemi corona yang telah mencatatkan kasus di atas satu juta. Pertemuan ini atas arahan Presiden Joko Widodo untuk meminta masukan dari ahli pandemiologi terkait evaluasi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Pertemuan tersebut berlangsung secara virtual pada Kamis (4/2) yang dipimpin Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Luhut Binsar Pandjaitan, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbowono, dan Kepala BNPB sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo.

Kemudian, Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Hariadi Wibisono, Perwakilan Tim Sinergi Mahadata Universitas Indonesia (UI) Iwan Ariawan, Pandu Riono, Dicky Budiman, serta Ketua Perhimpunan Ikatan Dokter Indonesia dan Perhimpunan Dokter lainnya.

Pandu Riono yang merupakan ahli epidemiologi UI menyatakan pertemuan ini yang pertama kali sejak kasus Covid-19 menyentuh angka satu juta di Indonesia. Dia mengaku terkejut dengan langkah Presiden Joko Widodo yang memerintahkan menterinya mengumpulkan masukan para ahli. Dia pun berharap pemerintah menjalankan masukan-masukan yang disampaikan para ahli dalam pertemuan tersebut.

Salah satunya masukan dari Tim Mahadata UI kepada pemerintah yakni mengupayakan menekan kasus Covid-19 dengan mengurangi pergerakan penduduk. Oleh karena itu, ahli epidemilogi menyarankan pemerintah tetap melanjutkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Namun, pelaksanaan aturan tersebut harus diperketat untuk mengurangi mobilitas penduduk.

Selanjutnya, para ahli meminta pemerintah memperbanyak jumlah tes, lacak, dan tindak lanjut/isolasi (3T). Sehingga penularan virus corona dapat terdeteksi.

Untuk mencapai hal tersebut, Hariadi mengusulkan agar pemerintah menyediakan fasilitas tes dengan jarak dan harga yang terjangkau. "Untuk tracing harus melibatkan seluruh unsur masyarakat di tingkat kelurahan atau keluarga di bawah tanggung jawab dari pemerintah daerah setempat," ujar Hariadi dalam siaran pers pada Kamis (4/2).

Pandu juga mengusulkan agar pemerintah secara aktif melibatkan masyarakat dalam upaya penanganan pandemi. Sehingga masyarakat dan pemerintah bersama-sama mencegah penularan virus corona. "Masyarakat selama ini hanya menjadi objek yang disalahkan ketika kasus Covid-19 meningkat," ujarnya.

Sedangkan Luhut mengatakan, pemerintah harus meningkatkan strategi dalam penanganan Covid-19, untuk menyempurnakan dan meningkatkan kedispilinan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggandeng para ahli untuk bekerja sama menurunkan angka Covid-19 dan meningkatkan kesembuhan masyarakat.

Luhut memiliki tiga target yang ingin dicapai dalam penanganan Covid-19, yaitu menurunkan penambahan kasus harian, menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesembuhan. Untuk mendorong target ini pemerintah menyusun empat strategi utama.

Pertama, meningkatkan perubahan perilaku masyarakat dalam menangani Covid-19 dengan operasi perubahan perilaku serta kampanye protokol kesehatan secara sistematis dengan melibatkan berbagai kalangan. “Kami berharap penyebaran informasi dan kampanye dapat bergerak secara masif dengan melibatkan berbagai lembaga lain, seperti Kemenag dengan mengajak pemuka agama, dan juga Kemendikbud,” ujarnya.

Kedua, mendeteksi penyebaran Covid-19 sejak awal dengan mendorong strategi pemeriksaan (testing) dan pelacakan (tracing) yang agresif dan tepat sasaran. Ketiga, pembangunan fasilitas isolasi terpusat dalam penanganan pandemi khususnya di provinsi dengan jumlah kasus positif yang tinggi. Salah satunya Wisma Atlet untuk wilayah Jabodetabek.

"Sehingga dapat membantu mengurangi penyebaran penularan ke keluarga dan menurukan keterisian rumah sakit,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah akan meningkatkan manajemen perawatan dengan memastikan ketersediaan tempat tidur rumah sakit serta penyediaan semua obat & alat yang dibutuhkan. Luhut mengklaim terjadi angka penurunan hari perawatan pada pasien Covid-19 dengan manajemen perawaan saat ini.

Keempat, akselerasi vaksinasi Covid-19 yang dimulai dari tenaga kesehatan, pelayanan publik, kelompok rentan, dan juga daerah-daerah yang menjadi prioritas. Daerah yang dianggap prioritas, merupakan daerah yang memiliki positivity rate (angka positif) tinggi.

“Masalah vaksin ini masih terus dalam proses pengerjaan, kita harapkan target kita mencapai 70% herd immunity (kekebalan komunitas) dapat kita capai dalam waktu 12 bulan,”ujarnya.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga akan memperbaiki manajemen data yang ditargetkan selesai pada pertengahan Februari 2021. Selain itu, pemerintah akan berupaya menurunkan mobilitas di atas 30% untuk mengendalikan penambahan kasus.

"Peraturan dan kebijakan akan disesuaikan terkait hal tersebut,” ujar Luhut.  Adapun pertemuan Luhut dengan ahli epidemiologi akan kembali digelar pada 25 Februari 2021.

Keseimbangan Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Pandemi

Di sisi lain, Pandu menilai kebijakan pemerintah yang mengarahkan pada pemulihan ekonomi membuat laju penduduk cukup tinggi. Pergerakan penduduk inilah yang membuat angka Covid-19 terus melaju.

Selain itu, penanganan pandemi tidak optimal bila menitikberatkan pada semata pemulihan ekonomi. "Padahal presiden selalu menyampaikan pemulihan ekonomi dan penanganan pandemi harus seimbang."

Pandu mencontohkan kebijakan PPKM itu membatasi kegiatan masyarakat tapi jam buka mal diperpanjang. "Hal itu menyebabkan penanganan pandemi tak optimal," ujarnya.

Pemerintah membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) khusus memulihkan ekonomi di masa pandemi. Ketua KPC-PEN Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi  berlangsung secara seimbang.

Pemerintah menerapkan sistem "menekan gas dan menginjak rem" sesuai situasi. "Penanganan Covid-19 maupun pemulihan ekonomi dilakukan dengan gas dan rem yang seimbang," ujar Airlangga dalam talkshow daring yang ditayangkan kanal YouTube BNPB, pada tahun lalu.

Untuk tahun ini, Airlangga optimistis vaksin Covid-19 untuk mendorong perekonomian Indonesia tumbuh 5% sesuai target pemerintah. Airlangga memperkirakan ekonomi Indonesia telah menyentuh titik terbawah pada kuartal kedua dengan kontraksi mencapai 5,32%.

Bank Dunia meramal perekonomian Tanah Air tumbuh 4,4% tahun ini, sedangkan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 6,1% dan Bank Pembangunan Asia 5,3%. Meski demikian, hal tersebut masih akan bergantung kepada dinamika pandemi.

(REVISI: Artikel ini diubah pada Jumat, 5 Februari 2021, pukul 11.35 WIB. Perubahan dilakukan pada bagian judul yang semula adalah: Pertama Kali Pemerintah Kumpulkan Epidemiolog Bahas Penanganan Pandemi. Selain itu perubahan pada paragraf pertama dan beberapa paragraf di bawahnya. Koreksi dilakukan karena kekeliruan pada penulisan hasil wawancara dengan narasumber, dan belum adanya konfirmasi dari pihak yang lain. Mohon maaf atas kekeliruan ini.)

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan